Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1228
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorAbdul Muhaimin Zein-
dc.contributor.advisorAhmad Syukron-
dc.contributor.authorAtiqoti Minarika, 216410651-
dc.date.accessioned2021-03-17T07:53:28Z-
dc.date.available2021-03-17T07:53:28Z-
dc.date.issued2020-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1228-
dc.description.abstractDiantara prolematika umat adalah degradasi keimanan disebabkan oleh gempuran faham kapitalis yang sedikit demi sedikit menggerus ghîrah umat Islam untuk berdzikir kepada Allah. Disisi lain, umat Islam dilanda berbagai bentuk khurufat. Fenomena itu dibuktikan dengan berkembangnya praktek wirid yang tidak ada tuntunannya dalam Islam, bahkan sebagian ada yang menyalahi syari’at. Maraknya praktek wirid di atas ditandai dengan banyaknya dukun ‘berkedok’ kyai yang menawarkan wirid-wirid tak bersanad dengan tujuan-tujuan tertentu. Di lain pihak, muncul faham yang membid’ahkan semua praktek wirid yang tidak ada tuntunannya dalam syari’at tanpa terkecuali. Sikap intoleransi ini memunculkan perpecahan di kalangan umat Islam. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi solusi untuk menjawab kriteria wirid yang dibenarkan dan tidak. Selain itu juga menumbuhkan kembali semangat berdzikir dengan tuntunan yang benar. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka (library research) Objek kajian ini berfokus pada ayat-ayat yang digunakan untuk wirid. Sumber utamanya adalah kitab Tafsir Al-Qayyim dan Tafsir Al-Ibrîz. Sumber-sumber lainnya adalah kitab-kitab yang dianggap representatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1).Pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah lebih berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat tentang wirid dengan hanya mengambil hadis yang shahih dan menjauhi Isrâiliyyat, sedangkan KH. Bisri Mustofa masih menggunakan Isrâiliyyat dan beberapa hadis dhaif, tetapi masih tetap berpegang pada tuntunan syariat. 2). Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan KH. Bisri Mustofa berpendapat bahwa hukum menggunakan ayat Al-Qur’an untuk wirid diperbolehkan dengan syarat tidak melanggar syariat. Ibnu Qayyim lebih condong menggunakannya untuk pengobatan dan Istiâdzah dari segala keburukan. Sedangkan KH. Bisri Mustofa selain untuk pengobatan juga sebagai sarana berdoa memohon pemenuhan kebutuhan baik urusan dunia maupun akhirat. Wirid yang digunakan juga harus didapat dari ijazah yang bersanad.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherPascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectWiriden_US
dc.subjectAyat-ayat Al-Qur’anen_US
dc.subjectTafsir al-Qayyimen_US
dc.subjectal-Ibrîzen_US
dc.titleKontekstualisasi Ayat-Ayat Wirid dalam Al-Qur'an (Studi Analisis Tafsir Al-Qayyim Karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan Tafsir Al-Ibriz Karya KH. Bisri Mustofa)en_US
dc.typeTesisen_US
Appears in Collections:Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
216410651-Atiqoti Minarika.pdf
  Restricted Access
216410651-Tesis3.18 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.