Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1280
Title: Eksistensi Khilafah dalam Diskursus Penafsiran Al-Qur'an (Studi Kritis Penafsiran Khilafah HTI Perspektif Lintas Mazhab Tafsir)
Authors: Zakiyal Fikri Mochamad, 218410868
Advisor: Said Aqil Husain Al-Munawwar
Ahmad Syukron
Issue Date: 2020
Publisher: Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Abstract: Fokus utama penelitian ini adalah mengkritisi penafsiran Hizbut Tahrir Indonesia terhadap QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-Nisâ’[4\]: 59, dan QS. al-Mâidah[5]: 49 ditinjau dari kesaksian pendapat mufasir lintas mazhab, serta menguji keabsahan eksistensi khilâfah HTI berdasarkan pada makna tafsir maqâshidi. Penelitian ini bersifat kualitatif yang menggunakan penelitian analisis-komparatif dengan pendekatan tafsir maqâshidi Ibnu ‘Âsyûr dan teori nasakh Mahmud Muhammad Thaha. Dalam penelitian ini, penulis melandaskan pada studi pustaka (Library Research) dengan merujuk pada sumber primer dan sekunder. Sumber primer yang digunakan adalah Tafsir Ayat-ayat Pilihan Al-Wa’ei karya Rokhmat S. Labib dan buku-buku rujukan HTI, termasuk kitab tafsir lintas mazhab berupa Jâmi’ al-Bayân li Ahkâm al-Qur’ân karya al-Qurthubî, Mafâtih al-Ghaîb karya Fakhruddîn al-Râzî, al-Mizân fî Tasfîr al-Qur’ân karya al-Thaba’thabâ’î, Majma’ al-Bayân karya al-Thabarsî, Tanzîh al-Qur’ân ‘An al-Mathâ’in karya Abd al-Jabbâr, al-Kasyâf karya Zamakhsyarî, Haimân al-Zâd karya Yusûf al-Ibâdî, Kitâbullâh a-‘Azîz karya Hûd bin al-Muhakkam, Tafsîr Syekh al-Islâm Ibn Taimiyyah karya Ibn Taimiyyah, Tafsîr al-Qur’ân al-Karîm karya Shâlih al-Utsaimîn, al-Manâr karya Muhammad Abduh, Fî Zilâl al-Qur’ân karya Sayid Qutb, Al-Azhar Karya Buya Hamka, dan Al-Misbah karya Quraish Shihab. Sementara sumber sekunder berupa Fath al-Bayân fî Maqâshid al-Qur’ân karya al-Qanûjî, Maqâshid al-Syarî’ah karya Ibn ‘Âsyûr dan kitab lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa penafsiran HTI termasuk penafsiran revivalis-sekterian yang manipulatif; tidak mewakili mayoritas mufasir otoritatif. Sebab mendominasinya ideologi partai, yakni keharusan menegakkan khilâfah islâmiyyah. Begitupula eksistensi ayat-ayat khilâfah dalam pandangan mufasir lintas mazhab juga masih ada nuansa seksterian, meski tidak mengarah kepada penafsiran baku sebagaimana HTI. Sehingga pemahaman yang relevan untuk ketiga ayat di atas adalah sesuai dengan pesan universal ayat dan makna maqâshidi-nya, yakni QS. al-Baqarah[2]:30 sebagai perlunya regenerasi sebuah kepemimpinan, peningkatan potensi dan kode etik khalîfah; QS. al-Nisâ’[4]:59 sebagai anjuran memasrahkan sesuatu kepada ahlinya/yang diakui kredibilitasnya dan pentingnya menyepakati hasil musyawarah (QS. al-Syûrâ[42]: 38); dan QS. al-Mâidah[5]:49 sebagai peringatan untuk tidak mengikuti hawa nafsu dalam memutusukan sebuah perkara, toleran terhadap perbedaan dan monoritas (QS. Yunus[10]: 99), dan kembali kepada kalimatun sawâ’/Pancasila (QS. Ali Imrân[3]: 64).
URI: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1280
Appears in Collections:Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
218410868-Zakiyal Fikri Mochamad.pdf
  Restricted Access
218410868-Tesis3.68 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.