Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/2216
Title: Peranan Keteladanan Orang Tua dalam Menanamkan Disiplin pada Anak Usia 6-8 Tahun
Authors: Prihatni, 00310559
Advisor: Romlah Widayati
Issue Date: 2006
Publisher: Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Abstract: P!.!ndidikan sangat penting bagi proses kedewasaan seorang anak. Salah satu . t'aktor yang mempengaruhi pelaksanaannya adalah faktor alat pendidikan, diantaranya adalah disiplin. Sebagai alat pendidikan, di􀂹iplin bisa diartikan adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan atau pernturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan di sini bukanlah karena paksaan, tetapi kepatuhan at􀃾s dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan tersebut. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Karena dalam keluarga anak pertama kalinya memperoleh pendidikan dan bimbingan, dan di dalam keluarga pula seorang anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Oleh karcna itu pcngaruh keluarga sangat besar sekali terhadap perkembangan kepribadian anak. Demikian besar pengaruhnya hingga dasar-dasar kelakuan anak, seperti sikap, reaksi dan dasa-dasar kehidupan lainnya seperti kebiasaan makan, berpakaian, cara bicara dan sebagainya terbentuk pada diri anak melalui interaksinya dengan pola-pola kehidupan yang terjadi dalam keluarga. 1 Orang tua sebagai pendidik kodrat/primair dalam keluarga, adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan seorang anak. Karena secara kodrat anak berasal dari orang tua, dan dari orang tualah anak pertama kali memperoleh dasar-dasar pendidikan yang sangat berarti bagi perkembangan kepribadiannya, Pada saat orang tua sebagai pemegang otoritas melakukan proses pendidikan, maka disitulah penanaman disiplin pada anak diberikan. Hal ini penting, karena ketcraturan rumah tangga sangat tergantung pada rasa disiplin seluruh anggota keluarga, diantaranya adalah anak. Sikap disiplin berpangkal dari apa yang disebut disiplin diri (self discipline), yaitu suatu unsur perasaan bertanggung jawab tanpa ada rasa terpaksa, keyakinan dan keinsyafan atas akibat perbuatannya terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat.2 Dan hal ini tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan melalui suatu proses panjang yang dialami individu sejak lahir. Karena setelah lahir anak tidak langsung mengetahui bahwa ticlur hrut malam, makan clengan tangan kiri, merebut mainan teman, menulis di dinding dan perilaku negatif lainnya adalah perilaku tidak baik. Oleh karena itu sejak anak dilahirkan, orang tua hams sudah mulai menanamkan clan menumbuhkan disiplin pada diri anak, sehingga rasa disiplin itu akan tumbuh dari hati sanumbari a:rnk itu sendiri menjadi disiplin diri sendiri (self discipline).
URI: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/2216
Appears in Collections:Skripsi S1 Pendidikan Agama Islam

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Prihatni_FULL.pdf
  Restricted Access
4.86 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.