Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/2488
Title: Penafsiran Hamka Tentang Ayat-Ayat Zikir dalam Tafsir Al-Azhar
Authors: Junaidi, 201410131
Advisor: Rif'at Syauqi Nawawi
HD. Hidayat
Issue Date: 2003
Publisher: Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Abstract: Buya hamka adalah seorang pemikir yang menganut paham tasauf akhlaqi yang tidak meninggalkan kebutuhan duniawi bahkan keduniaan menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam dunia tasuf buya hamka dapat mendudukan Kembali beberapa aspek ilmiah yang tadinya hilang dari perhatian sebagain kelompok muslim. Tasauf pernah menjadi momok bagi kalangan pembaharuan di abad ini, Sebagian besar karena penolakan atas praktek-praktek kaum tarekat penganut tasauf yang salah dan bertentangan dengan ajaran agama. Dengan tasauf modern, buya hamka mengembalikan kedudukan tasauf sebagai wahana peribadatan yang mendekatkan seorang muslim dengan Allah. Buya hamka dikenal sebagai ulama yang lahir dari latar belakang lingkungan pembaharu dan berpikiran maju, telah banyak melahirkan karya tulis tentang islam, akan tetapi beliau tidak mempunyai karya tulis yang khusus membahas masalah ayat-ayat zikir tersebut. Perlu disajikan dalam satu sajian khusus pemikirannya tentang ayat-ayat zikir dalam tafsir al-Azhar. Pemikiran-pemikiran buya hamka yang sangatlah relevan untuk dibicarakan mengingat setting sosiorelegius bangsa Indonesia khususnya kaum muslimin secara mayoritas, jika tidak seluruhnya adalah paham ahli sunnah wal jama’ah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni kepustakaan (library research) yang dilakukan dengan cara mengumpulkan ayat-ayat tentang zikir. Dari hasil pembahasan bahwa zikir menurut hamka adalah perpaduan antara mengingat Allah dengan hati yang ditangkap oleh akal dan diucapkan dengan lisan kemudian disertai dengan perubahan amal menuju perbaikan. Zikir Allah merupakan aktifitas mengingat Allah yang dapat dilakukan dengan cara, pertama, zikir dengan lidah yakni menyebut asma Allah dengan mensucikan, memuji dan mengagungkannya. Kedua, zikir hati yakni mengingat semua dengan memikirkan tanda-tanda kebesarannya. Ketiga, zikir anggota badan yakni mengingatnya dengan melakukan ketaatan, mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Hamka menyebutkan bahwa setiap melaksanakan ibadah wajib, maka akan diakhiri dengan perintah untuk tetap zikir kepada Allah. Faktor-faktor penyebab perintah zikir ada dua, yaitu factor internal yakni sifat lupa dan cenderung mengikuti hawa nafsu. Faktor eksternal adalah adanya godaan dunia dan setan yang senantiasa mengajak kepada kejahatan dan kedurhakaan. Konsep zikir yang dikembangkan oleh hamka adalah keseimbangan antara zikir batin (tasawuf) dan zikir lahir (fiqh/syari’at). Namun hamka lebih memperinci lagi menjadi zikir hati, zikir lisan, zikir akal dan zikir amal. Zikir amal akhir dari manifestasi ketakwaan kepada Allah yang merupakan essensi dari zikir yang sebenarnya. Fungsi dan manfaat zikir sangat besar bagi manusia karena dapat mententramkan hati, menyembuhkan penyakit batin maupun fisik. Manfaat lainnya adalah terciptanya keseimbangan hidup pribadi, masyarakat dan lingkungan hidup.
URI: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/2488
Appears in Collections:Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
201410131-Junaidi.pdf
  Restricted Access
201410131-Tesis12.99 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.