Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3231
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSaepullah-
dc.contributor.authorShafira Putri Ziyan Abidin, 19220152-
dc.date.accessioned2023-10-30T04:55:45Z-
dc.date.available2023-10-30T04:55:45Z-
dc.date.issued2023-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3231-
dc.description.abstractKomunikasi merupakan aspek yang penting dalam setiap organisasi. Baik antara pimpinan dan bawahan maupun sebaliknya, serta dari sesama anggota organisasi. Hubungan ilmu komunikasi dan organisasi terlihat pada bagaimana masing-masing individu memengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Keterampilan komunikasi organisasi yang paling penting adalah mengetahui cara menyampaikan informasi ke seluruh bagian organisasi dan cara menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Nahdlatul Ulama sebagai organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, memerlukan komunikasi organisasi yang baik dalam penyebaran informasi ke seluruh tingkatan organisasi. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan dan menganalisis pernyatan Gus Yahya selaku Ketua Umum PBNU mengenai sarung dan celana terhadap jajaran Syuriyah dan Tanfidziyah, yang menjadi keyakinan dan berdampak pada pemahaman pengurus NU, serta menjadi landasan norma dan sebagai kontrol perilaku dalam berorganisasi di NU. Permasalahan pada penelitian ini terletak pada bagaimana sarung dan celana yang dikatakan oleh Gus Yahya, berdampak pada pemahaman jajaran pengurus NU, yang didasari oleh keyakinan, norma dan persepsi tiap perilaku individu kepengurusan NU. Penelitian terdahulu banyak membahas komunikasi organisasi pada struktural organisasi di NU, namun terdapat perbedaan pada pendekatan yang digunakan. Contohnya, komunikasi organisasi IPNU Jakarta Selatan di era Covid-19 menggunakan pendekatan Teori Komunikasi Organisasi. Metode penelitian yang digunakan yakni kualitatif deskriptif, dengan analisis menggunakan pendekatan Teori Perilaku Terencana, yang dikemukakan oleh Icek Ajzen. Ajzen mengatakan teori ini terdiri dari tiga variabel, yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, yakni wawancara, observasi, dokumentasi dan kuesioner. Hasil penelitian ini, yakni jajaran kepengurusan NU memaknai pernyataan Gus Yahya sebagai pembeda antara pengurus Syuriyah dan Tanfidziyah, dimana Syuriyah adalah pimpinan tertinggi NU dan Tanfidziyah sebagai pelaksana organisasi. Tidak seluruh jajaran kepengurusan NU menerima pernyataan Gus Yahya ini, karena sarung merupakan pakaian yang menjadi ciri khas warga NU. Namun kendati demikian, warga NU selalu bisa menerima dan mengikuti perubahan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectKomunikasi Organisasien_US
dc.subjectNahdlatul Ulamaen_US
dc.subjectSyuriyahen_US
dc.subjectTanfidziyahen_US
dc.subjectSarungen_US
dc.titleSarung dan Celana di PBNU (Studi Komunikasi Syuriyah dan Tanfidziyah)en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
4-19220152.pdf
  Restricted Access
5.39 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.