Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3439
Title: Rada'ah Dalam Perspektif Al-Qur'an (Studi Analisis Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Azhar)
Authors: Nuratika Arif Laila, 19211262
Advisor: Iffaty Zamimah
Issue Date: 2023
Publisher: Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Abstract: Raḍā'ah merupakan suatu yang penting dilakukan untuk keberlangsungan hidup bayi, menyusui merupakan awal kehidupan manusia untuk mndapatkan kehidupan yang sehatdan sejahtera. Akan tetapi seiring dengan berkembang zaman yang serba canggih pada saat ini, membuat para ibu enggan memberikan ASI terhadap anaknya dengan berbagai alasan seperti dengan dalih sibuk bekerja, khawatir payudara mengendur. Sehinga menyebabkan para ibu lebih mempercayai susu formula untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Padahal Islam telah mengajarkan bagaimana seorang ibu seharusnya memberikan asi kepada anaknya yang disebut dengan Ar-Raḍā'ah. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membahas bagaimana pandagan al-Qur’an tentang Raḍā'ah denganTafsir al-Misbah dan Al-Azhar melalui pendekatan tafsir tematik Hassan Hanafi. Jenis penelitian ini adalah kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode analisis data content analysis dan menggunakan metode studi literature dalam pengumpulan data. Sumber data primer penelitian ini adalah kitab Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab dan Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka. Data skunder yang digunakan yaitu buku-buku mengenai Raḍā'ah, artikel, jurnal dan karya ilmiah lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teori Hassan hanafi mengenai teori tafsir tematik, yang kemudian membandingkan penafsiran dengan realita keadaannya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa makna Raḍā'ah menurut tafsir Al-Misbah dan tafsir al-Azhar penyusuan, yang merupakan suatu kewajiban bagi perempuan baik yang dalam kadaan bercerai atau tidak, dan suami wajib menafkahi. Kedua mengenai analisa perbandingan penafsiran yaitu kedua mufassir sama-sama menafsirkannya dengan kewajiban berbeda hanya kepada redaksi dalam penyampainnya, quraish Shihab menafsirkannya dengan menggunakan redaksi seperti berdiskusi seerti pada makna Al-Wālidāt, sedangkan Hamka menafsirkan langsung intinya. Dan penafsiran Hamka lebih Adabi ‘ijtimai dari pada penafsiran Quraish Shihab. Ketiga ayat pada QS. Al-Baqārah [2]: 233 QS. Al-Qaṣaṣ [28]: 7 dan QS. Al-Talāq [65]: 6. Penulis menemukan relevansinya yaitu pertama tentang kewajiban menyusui dengan danya ayat ini maka membuat para ibu memikirkan kembali tentang kepuusan menyusui, selain itu kita semua bisa mengambil ibrah dari kisah Nabi Musa dan ibunya seperti tentang keimanan. Dan yang terakhir tentang hak untuk para ibu yang menyusui, dengan adanya ayat ini para ibu menyusui bisa mendapatkan hak nya.
URI: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3439
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
56-19211262.pdf
  Restricted Access
1.96 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.