Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3489
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorZiyad Ulhaq-
dc.contributor.authorFirda Siti Maryam, 19211187-
dc.date.accessioned2023-11-21T04:37:55Z-
dc.date.available2023-11-21T04:37:55Z-
dc.date.issued2023-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3489-
dc.description.abstractSalah satu seni pengungkapan makna dalam bentuk gambaran imajinatif adalah penggunaan gaya bahasa majāz isti’ārah. Memang, tujuan gaya bahasa ini yakni untuk memperkuat kejelasan makna, yang mengarah pada perbedaan penafsiran dan ilmu pengetahuan yang baru. Gaya bahasa majāz dalam Al-Qur’an mengacu pada perbedaan antara kata yang tersirat dan tersurat. Kemudian mengalami perkembangan seperti wacana yang muncul dalam kajian gaya bahasa yang mengemukakan persoalan estetika yang menghiasi Al-Qur’an, yang jika dihilangkan, maka hilanglah keindahannya. Isti’ārah merupakan bagian dari majāz lugāwi yang ‘alāqah-nya musyābahah (penyerupaan). Penelitian ini berfokus pada penafsiran al-Zamakhsyarī dengan kitab tafsirnya al-Kasysyāf dan Ibnu ‘Āsyūr dengan kitab tafsirnya al-Taḥrīr wa al-Tanwīr terhadap ayat yang mengandung isti’ārah dalam surah Maryam. Penelitian ini merupakan kajian kualitatif dengan kajian kepustakaan (library research). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analisis komparatif yakni menjelaskan, menganalisis gambaran umum yang berkaitan dengan majāz isti’ārah dengan sumber data primer menggunakan kitab tafsir al-Kasysyāf karya al-Zamakhsyarī dan tafsir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr karya Ibnu ‘Āsyūr, juga data sekunder yang bersumber dari buku-buku balagāh dan jurnal ataupun karya ilmiah lainnya. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan linguistik ilmu balāgah, yakni ilmu bayān. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa dalam surah Maryam terdapat dua belas ayat yang mengandung isti’ārah, ayat-ayat tersebut memiliki tiga bentuk penafsiran. Pertama, mufassir dengan jelas menggunakan kata isti’ārah atau bentuk kata lain selain isti’ārah, misal musta’ār. Kedua, menyebutkan beberapa makna yang terdapat dalam bentuk isti’ārah. Ketiga, menyebutkan kemungkinan bentuk lain selain isti’ārah, misal majāz. Kedua belas ayat tersebut di antaranya ayat 4 pada kata isyta’ala; ayat 12 pada fi’il amr kata khuż; ayat 13 pada kata hanāna; ayat 17 pada kata rūh; ayat 35 pada kata kun fayakūn; ayat 36 pada kata ṣirāṭ al-mustaqīm; ayat 43 pada kata ṣirāṭ sawiyya; ayat 57 pada kata makānan ‘aliyya; ayat 63 pada kata nūriṡu; ayat 75 pada kata falyamdudhu; ayat 78 pada kata aṭṭala’a al-gaiba; ayat 97 pada kata lisān.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectmajāzen_US
dc.subjectisti’ārahen_US
dc.subjectal-Zamakhsyarien_US
dc.subjectal-Kasysyāfen_US
dc.subjectIbnu ‘Āsyūren_US
dc.subjectal-Taḥrīr wa al-Tanwīren_US
dc.subjectsurah Maryamen_US
dc.titleIsti'arah Dalam Qs. Maryan (Studi Komparatif Tafsir al-Kasysyāf & Tafsir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr)en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
105-19211187.pdf
  Restricted Access
1.18 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.