Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3495
Title: Etika Pergaulan dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Antara Tafsir Marāh Labīd dan Tafsir An-Nur serta Relevansinya Pada Generasi Z)
Authors: Minhatul Maula, 19211232
Advisor: Ahmad Hawasi
Issue Date: 2023
Publisher: Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Abstract: Penelitian ini bertujuan menganalisis dan membandingkan penafsiran dua mufassir, yakni Nawawi al-Jawi dan Hasbi Ash-Shiddieqy tentang etika pergaulan. Pemilihan tema ini didasari oleh fenomena yang terjadi pada anak remaja generasi Z yang terlihat banyak penyimpangan dalam bergaul, salah satunya ialah kasar dalam berbicara, dan sebagainya. Dua mufassir ini dipilih untuk mengetahui bagaimana pemahaman kedua mufassir dan seberapa besar pengaruh lingkungan kehidupannya dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Oleh sebab itu, ada beberapa permasalahan, di antaranya: Pertama, penafsiran etika pergaulan dalam tafsir Marāḥ Labīd dan tafsir an-Nur. Kedua, persamaan dan perbedaan penafsiran etika pergaulan dalam dua tafsir Nusantara. Ketiga, relevansi ayat etika pergaulan dalam dua tafsir Nusantara di era generasi z. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yakni penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini ada dua, yakni Analisis Deskriptif-Komparatif, dan Analisis Wacana yang model analisis ini ialah model kognisi sosial. Hasil dari penelitian ini adalah Pertama, secara garis besar penafsiran QS. Al-Fath [48]: 29 menjelaskan tentang bersikap tegas terhadap orang yang menentang agama Islam. QS. Al-Hujurat [49]: 9-13 menjelaskan tentang menjaga perdamaian, menjaga persaudaraan, larangan mencela orang lain, larangan mencari-cari kesalahan orang lain, larangan berprasangka buruk, larangan memanggil dengan gelar yang buruk, saling mengenal. QS. Al-Mumtahanah [60]: 8 menjelaskan tentang berlaku adil dan berbuat baik kepada manusia. Kedua, perbandiangan kedua mufassir ialah Nawawi al-Jawi dan Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menafsirkan ayat-ayat yang berbicara mengenai etika pergaulan cenderung memiliki kesamaan dalam menjelaskan isi kandungan ayat. Perbedaan dari kedua mufassir tersebut ialah Nawawi al-Jawi dalam memaknai kata cenderung lebih ringkas dan tekstual, Sedangkan Hasbi Ash-Shiddieqy memaknai ayat kontekstual dan penjelasan kandungan ayat lebih luas dan rinci. Ketiga, relevansi penafsiran pada generasi z, yaitu Ayat-ayat etika pergaulan jika diterapkan pada generasi z, maka mereka akan memiliki pribadi yang baik, yakni a. Mampu bersikap tegas terhadap orang yang melakukan penistaan agama, b. Berperilaku ramah dan santun kepada masyarakat, c. Menjaga persaudaraan dengan baik sehingga melahirkan perdamaian, d. Menjaga persaudaraan dengan tidak membully orang lain, selalu berprasangka positif terhadap diri sendiri ataupun orang lain, e. Tidak sibuk mencari-cari kesalahan orang lain karena sudah sibuk dengan intropeksi diri, f. Berkenalan dengan orang lain yang berbeda suku, ras, budaya, dan warna kulit akan menambahkan wawasan baginya akan indah dan beranekaragam hal di duniaterutama di Indonesia, dan g. Berlaku adil dan berbuat baik kepada orang lain baik yang sesama umat muslim ataupun orang yang menentang agama Islam yang tidak memeranginya.
URI: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3495
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
111-19211232.pdf
  Restricted Access
2.16 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.