Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/601
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorArtani Hasbi-
dc.contributor.advisorAbdul Muhaimin Zen-
dc.contributor.authorIlyas Bustamiludin, 204410187-
dc.date.accessioned2020-04-09T05:34:01Z-
dc.date.available2020-04-09T05:34:01Z-
dc.date.issued2015-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/601-
dc.description.abstractAda 3 (tiga) pokok kandungan Al-Qur‟an, yaitu Aqidah, Syari‟ah dan Akhlaq. Kisah, adalah salah satu yang memperkuat ketiga pokok tersebut. Oleh karenanya, kisah Al-Qur‟an berbeda dengan kisah lainnya, karena kisah Al-Qur‟an bersumber dari Yang Maha Tahu yang dipastikan ke-shahih-annya sehingga, Al-Qur‟an menyatakannya sebagai Ahsanal Qashash. Sebuah kisah dianggap baik bukan karena ia berpanjang lebar dalam rincian kisah, memperbanyak penyebutan peristiwa-peristiwa, menentukan nama-nama dan tempat-tempat sebuah peristiwa terjadi secara kronologis. Namun, kisah dianggap baik apabila kisah itu bersifat benar, jujur dan tepat. Pembahasan sentral tesis ini tentang kisah Khidhir yang dimuat dalam surah Al-Kahfi mulai ayat 60 – 82. Analisa penulis tentang Khidhir bahwa banyaknya dari kaum muslimin yang berkeyakinan bahwa Khidhir masih hidup. Kemudian banyaknya pemahaman bahwa seseorang yang dianugerahi Ilmu Laduni dibolehkan mengerjakan yang bertentangan dengan ketentuan syari‟at. Serta banyaknya anggapan bahwa derajat kewalian di atas derajat kenabian. Sehingga, banyak kaum muslimin yang mengaku bertemu dengan nabi Khidhir. Tesis ini termasuk jenis penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis berupa teks dan naskah Al-Qur‟an dan Hadits yang berkaitan dengan Khidhir AS. Dalam pembahasan, penulis menggunakan metode induksi yaitu kesimpulan terlebih dahulu kemudian diuraikan agar lebih jelas. Adapun metodologi tafsir yang penulis gunakan adalah Tafsir Tahlili. Metodologi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa Khidhir adalah salah seorang hamba Allah yang shalih karena dianugerahi rahmat dan ilmu dari sisi-Nya. Rahmat Allah tersebut berupa ketaatan dan umur panjang. Sedang ilmu berupa pengetahuan tentang hal ghaib sebatas yang Allah berikan. Oleh karenanya, Musa AS diperintah untuk menuntut ilmu darinya. Meskipun demikian, hal ini tidak menunjukkan bahwa Khidhir lebih mulia dari Musa AS karena Musa AS adalah salah seorang dari Ulul „Azhmi, menerima Taurat dan ber-kalam kepada Allah secara langsung. Kisah pertemuannya dengan Musa AS mengandung banyak hikmah yang bisa dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan akhlaq dan keberlangsungan hukum Allah. Juga mengandung „ibrah bagi Musa AS, bagi kaum Bani Israil dan bagi pembaca Al-Qur‟an.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherPascarajana Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectKhidhiren_US
dc.subjectSurah Al-Kahfien_US
dc.subjectTafsir Tahlilien_US
dc.titleKisah Hamba Allah (Khidhir) Dalam Surah Al-Kahfi Menurut Pandangan Mufassirin Kajian Tafsir Tahlilien_US
dc.typeTesisen_US
Appears in Collections:Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
204410187-Ilyas Bustamiludin.pdf
  Restricted Access
204410187-Tesis9.36 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.