Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/749
Title: Konsep Politik Islam (Studi Komparatif Antara Sayyid Quthb dalam Fî Dzilâlil Qurân dan „Atha bin Khalil dalam at-Taysîr Fi Ushûl at-Tafsîr)
Authors: Syarah Sofiah Arifin, 14210617
Advisor: Arison Sani
Issue Date: 2018
Publisher: Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta
Abstract: Konflik yang kerap kali terjadi antara Timur dan Barat menjadi salah satu alasan munculnya organisasi dan pemikiran-pemikiran untuk mendirikan suatu sistem politik yang sesuai dengan ajaran dan syariat Islam. Salah satu tokoh yang mengemukakan pemikiran tersebut ialah Sayyid Quthb dan ‘Atha bin Khalil. Hal tersebut menjadi pertanyaan tersendiri bagaimana sebenarnya konsep politik yang sesuai dengan ajaran al-Qur`an dan syariat Islam. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana konsep mengenai politik Islam yang diajarkan Al-Qur`an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan tafsir dan terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan politik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan sumber data primer yaitu tafsir dan data sekunder berupa buku-buku yang relevan. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelusuran kepustakaan dan metode dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) dan teknik analisis deskripsi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 30, Sayyid Quthb dan ‘Atha bin Khalil sepakat berpendapat bahwa Allah menjadikan manusia sebagai khâlifah di muka bumi ialah untuk menggali sumber daya alam dan potensi, serta membangun dan memakmurkan bumi. (2) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 124, Sayyid Quthb dan ‘Atha bin Khalil menafsirkan bahwa imâm adalah seseorang yang bisa dijadikan teladan dan mengajak masyarakatnya dalam hal kebaikan. (3) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 208, ‘Atha bin Khalil menafsirkan bahwa kata as-silmi pada ayat ini bermakna Islam bukan perdamaian dengan musuh. Akan tetapi Sayyid Quthb menafsirkan kata kâffah pada ayat ini lebih umum, tidak terfokus kepada pembahasan mengenai makna dari kata as-silmi. (4) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 213, Sayyid Quthb dan ‘Atha bin Khalil menafsirkan bahwa manusia pada awalnya merupakan umat yang satu, satu manhaj dan satu akidah. (5) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 247, Sayyid Quthb dan ‘Atha bin khalil sepakat berpendapat bahwa seorang raja (penguasa) dipilih karena luasnya ilmu yang dimiliki dan tubuh yang kuat perkasa, bukan karena banyak harta dan kekayaan. (6) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 251, Sayyid Quthb dan ‘Atha bin Khalil berpandangan bahwa Allah telah menentukan bahwa Daudlah yang akan menjadi raja bagi bani Israil sepeninggal Thalut kelak
URI: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/749
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
14210617.pdf
  Restricted Access
3.32 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.