Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1193
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMamluatun Nafisah-
dc.contributor.authorGita Fatimah Fauziah, 16210734-
dc.date.accessioned2021-02-17T05:46:05Z-
dc.date.available2021-02-17T05:46:05Z-
dc.date.issued2020-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1193-
dc.description.abstractMasyarakat di dalam meresepsi Al-Qur‟an mempunyai respon yang beragam baik secara eksegesis, fungsional, maupun estetis. Uniknya, ada masyarakat yang meresepsi Al-Qur‟an dan kemudian dibungkus ke dalam bentuk seni beladiri pencak silat aliran cimande, Bogor. Menariknya di dalam beladiri pencak silat cimande ini terdapat ta‟leq yang berlandaskan Al-Qur‟an dan Hadis. Ta‟leq tersebut dijadikan sebagai aturan wajib yang harus dipatuhi oleh setiap masyarakat yang ingin belajar beladiri pencak silat cimande. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengkaji resepsi santri saung pelestarian pencak silat cimande dan ingin menggali makna dibalik fenomena tersebut. Adapun jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi Living Qur‟an yang sumber primernya adalah guru besar saung pelestarian pencak silat cimande, santri saung pelestarian pencak silat cimande, dan warga yang tinggal di sekitar saung pencak. Sementara sumber sekundernya terdiri dari dokumentasi buku, foto, catatan, video. Setelah data didapatkan penulis analisa dengan teori resepsi dan sosiologi pengetahuan Karl Mannheim. Adapun hasil dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: pertama, dari aspek resepsi. Santri saung pelestarian pencak silat cimande di dalam meresepsi Al-Qur‟an terbagi menjadi tiga resepsi, yaitu: resepsi fungsional, terlihat dari mereka meresepsi Al-Qur‟an sebagai media pengobatan dan sebagai petunjuk. Resepsi estetis, terlihat pada gerakan-gerakan beladiri pencak silat cimande yang memiliki makna filosofi yang mana makna filosofi tersebut terlahir dari Al-Qur‟an. Kemudian resepsi eksegesis terlihat jelas saat Ki Didih mentransfer penjelasan tentang ta‟leq kepada santri-santrinya. Kedua, makna dibalik fenomena pencak silat cimande. Makna ini terbagi menjadi tiga, yaitu: makna objektif termuat dalam ta‟leq cimande yang dijadikan sebagai sebuah aturan yang sakral. Makna ekspresif menurut Ki Didih, beladiri pencak silat cimande adalah syiar. Makna ekspresif menurut santri pencak silat cimande, di dalam beladiri pencak silat cimande terdapat ta‟leq yang harus dipatuhi. Makna ekspresif menurut warga, pencak silat cimande dan ta‟leq adalah salah satu alat alternatif untuk pembenaran akhlak. Kemudian makna dokumenter dengan adanya pencak silat cimande, ta‟leq, dan pengobatan balur minyak cimande, tanpa mereka sadari semua itu telah menjadi kebudayaan yang menyeluruh.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectResepsi Santrien_US
dc.titleResepsi Santri Saung Pelestarian Pencak Silat Cimande Terhadap Al-Qur’an (Studi Living Qur’an di Saung Pelestarian Pencak Pusaka Cimande, Bogor)en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
16210734.pdf
  Restricted Access
2.74 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
16210734_Publik.pdf
  Restricted Access
1.19 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.