Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1197
Title: Analisis Semantik Kata Zalim dalam Al-Qur’ân
Authors: Siti Marwani, 16210786
Advisor: Arison Sani
Issue Date: 2020
Publisher: Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta
Abstract: Penelitian ini berjudul Analisis Semantik Kata Zalim dalam Al-Qur’ân. Al-Qur’ân dapat dipahami dalam berbagai pendekatan, salah satunya dengan semantik. Dalam semantik dikenal dengan istilah kata kunci. Istilah kata kunci Al-Qur’ân merupakan kata-kata yang memainkan peranan sangat penting untuk menentukan penyusunan struktur konseptual dasar pandangan dunia Al-Qur’ân. Di antara istilah-istilah kunci Al-Qur’ân ialah kata zalim. Kata zalim disebutkan 315 kali di dalam Al-Qur’ân dengan maksud dan makna yang beragam. Oleh karena itu, penulis tertarik mengkaji makna kata zalim dalam Al-Qur’ân. Jenis penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelitian kepustakaan (library research). Adapun data primer dalam penelitian ini adalah data-data yang menggunakan sumber-sumber dari Al-Qur’ân dan terjemahannya dan buku-buku tentang semantik. Dalam hal ini, penulis menggunakan buku Relasi Tuhan dan Manusia: Semantik Al-Qur’ân karya Toshihiko Izutsu. Sedangkan data sekundernya menggunakan buku-buku, kitab tafsir, kitab hadis, kamus, jurnal, artikel-artikel di majalah dan internet, maupun media informasi lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan kebenaran datanya yang berkaitan dengan pokok permasalahan pada penelitian ini dan dianggap penting untuk dikutip. Dalam skripsi ini, penulis mengungkapkan makna dan konsep kata zalim yang terkandung dalam Al-Qur’ân dengan menggunakan analisis semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu. Semantik Al-Qur’ân menurut Toshihiko Izutsu adalah berusaha menyingkap pandangan dunia Al-Qur’ân melalui analisis istilah kunci Al-Qur’ân. Proses yang dilakukan dalam penelitian ini adalah meneliti makna dasar dan makna relasional kata zalim dengan menggunakan analisis sintagmatik dan paradigmatik, kemudian meneliti penggunaan kata zalim dalam periode pra Qur’anik, Qur’anik, dan pasca Qur’anik. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kata zalim memiliki makna dasar menempatkan sesuatu bukan pada tempat semestinya, baik menyangkut ukuran, waktu, dan tempat. Kata zalim berelasi dengan beberapa kata yang lain, seperti: kufr (menutupi/menyelubungi), kadzib (dusta atau bohong), syirik (mempersekutukan), baghyu (melampaui batas), dan mu’tadi (melanggar hak). Selanjutnya, terdapat kata-kata yang memiliki kemiripan makna dengan kata zalim, di antaranya: sayyi’ah, munkar, isrâf, hadhmu, dan janafa. Selain itu, terdapat kata yang kontradiksi atau berlawanan dengan kata zalim, yakni kata al-‘Adl karena memiliki makna keadilan atau dengan kata adil yang bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dalam pra Qur’anik menunjukkan makna penempatan sesuatu bukan pada tempatnya atau menegakkan suatu perkara bukan pada posisinya. xvi Kemudian setelah diturunkannya Al-Qur’ân, kata tersebut bermakna suatu perbuatan yang tercela dan tidak prosedural yang menyimpang dari syari’at agama. Selanjutnya, pada periode pasca Qur’anik kata zalim tidak mengalami pergeseran makna yang signifikan, karena makna-makna tersebut tetap mempertahankan makna-makna yang ada pada periode Qur’anik. Dan yang terakhir ialah weltanschauung kata zalim bermakna berbuat aniaya terhadap orang lain sehingga berimplikasi dan kontradiktif terhadap hak-hak asasi manusia yang harus dihormati.
URI: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1197
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
16210786.pdf
  Restricted Access
2.27 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.