Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1219
Title: | Aurat Wanita Perspektif Ibnu 'Asyur (w. 1393 H) dan Muhammad Sa'id Al-Asymawi (w. 1435 H) (Analisis Terhadap Tafsir At-Tahrir wa at-Tanwir dan Kitab Haqiqat al-Hijab wa Hujjiyat al-Hadits) |
Authors: | Maria Ulpah, 218410825 |
Advisor: | Artani Hasbi Muhammad Ulinnuha |
Issue Date: | 2020 |
Publisher: | Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta |
Abstract: | Tesis dengan judul “Aurat Wanita Perspektif Ibnu Âsyûr (w. 1393 H) dan Muhammad Sa’id Al-‘Asymâwi (w. 1435 H) (Analisis Terhadap Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan Kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts)” oleh Maria Ulpah (218410825) ini dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat para mufassir tentang apa batasan aurat bagi wanita itu. Faktor utama munculnya perbedaan pandangan adalah karena nash-nya zhanni. Al-Qur`an tidak memberikan ketegasan yang pasti dan hadis-hadis yang dijadikan dalil juga memiliki aneka interpretasi. Seperti yang dipahami oleh Ibnu Âsyûr dan Al-‘Asymâwi yang relatif berbeda dengan pandangan mayoritas para ulama sebelumnya. Penelitian ini merumuskan tiga permasalahan pokok, yaitu: bagaimana penafsiran Ibnu Âsyûr dan Al-‘Asymâwi terhadap ayat-ayat tentang aurat wanita? Bagaimana persamaan dan perbedaan pandangan Ibnu Âsyûr dan Al-‘Asymâwi terhadap ayat-ayat tentang aurat wanita? Bagaimana Relevansi pandangan kedua tokoh dalam konteks kekinian? Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research). Jenis penelitian telaah pustaka ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Adapun sumber data primernya yakni kitab Tafsir At-Tahrîr wa at-Tanwîr dan kitab Haqîqat al-Hijâb wa Hujjiyat al-Hadîts. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif dengan pendekatan historis-filosofis. Adapun hasil dari penelitian ini adalah, Ibnu ‘Asyûr dalam masalah batas aurat wanita mentoleransi terbukanya muka, telapak tangan, kaki dan juga rambut, tentu saja ini berlaku jika dengan menutupnya menimbulkan kesulitan. Sedang Al-‘Asymâwi mengatakan bahwa rambut bukanlah aurat karena hadis yang dijadikan landasan selama ini hanyalah hadis ahad yang pada dasarnya tidak dapat dijadikan hujjah. Ibnu Âsyûr dan Al-‘Asymâwi tidak memandang ketiga ayat (QS. Al-Ahzâb [33]: 53, QS. An-Nûr [24]: 31, QS. Al-Ahzâb [33]: 59) sebagai kewajiban menutup kepala wanita. Adapun perbedaan pendapat dari kedua tokoh adalah Ibnu Âsyûr pada ayat perintah menjulurkan jilbab (jubah menurut Ibnu Âsyûr) ia mengatakan bahwa bentuk jilbab berbeda-beda tergantung adat yang meliputi si wanita. Sedangkan Al-‘Asymâwi memandang bahwa menjulurkan jilbab (mantel menurut Al-‘Asymâwi) tidak berlaku lagi. Hemat penulis pandangan kedua tokoh ini tidaklah relevan jika diterapkan di Indonesia, karena secara umum mayoritas masyarakat di Indonesia menganut pandangan bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali muka dan telapak tangan. Jika pendapat ini diterapkan ditakutkan masyarakat awam menjadi kebingungan dan bahkan kebablasan dalam menentukan batas aurat. |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1219 |
Appears in Collections: | Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
218410825-Maria Ulpah.pdf Restricted Access | 218410825-Tesis | 2.6 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.