Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1281
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMuhammad Ulinnuha-
dc.contributor.advisorAhmad Syukron-
dc.contributor.authorKamaludin, 218410856-
dc.date.accessioned2021-07-06T09:23:35Z-
dc.date.available2021-07-06T09:23:35Z-
dc.date.issued2020-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1281-
dc.description.abstractStatus Al-Qur’an yang shâlih li kulli zamân wa makân sering kali diposisikan sebagai “kesempatan” untuk menciptakan ragam pemahaman penafsiran yang baru. Sayangnya, tidak semua hasilnya sejalan dengan tujuan awal diturunkannya ayat yang bersangkutan. Tidak sedikit yang justru beralih menjadi sebuah penafsiran yang tidak tepat sebab tunduk kepada kepentingan. Akhirnya, posisi Al-Qur’an seakan-akan “diperjualbelikan” dengan dalih mendakwahkan pesan Tuhan. Untuk itu, penelitian ini hadir sebagai respon atas fenomena-fenomena komodifikasi yang mencuat di ruang publik dengan mengatasnamakan dakwah atau amar makruf nahi mungkar. Dengan tujuan untuk menganalisa status, motif, dan implikasi yang ditimbulkannya serta mereposisi status Al-Qur’an sesuai tempatnya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan library reseach (studi kepustakaan) dengan merujuk kepada sumber-sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah fakta-fakta lapangan yang menunjukkan adanya fenomena komodifikasi ayat dan beberapa tafsir seperti Jâmi’ al-Bayân li Ta’wîl Ayy al-Qur’ân karya al-Thabarî, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azîm karya Ibnu Katsîr, Ma’âlim al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl karya al-Baidhâwî, Bahr al-Ulûm karya al-Samarqandî, Ahkâm a-Qur’ân karya Kiya a-Hirâsî, Tafsîr al-Munîr karya Wahbha Zuhaili, Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka dan Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab. Sementara sumber sekunder berupa kitab al-Ittijâh al-Munharifah fî al-tafsîr karya Husain al-Dzahabî, kitab-kitab fikih dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini menujukkan bahwa komodifikasi penafsiran lahir sebagai respon atas isu-isu yang berkembang di masyakarat yang diboncengi oleh fanatisme dan kepentingan eksternal di luar misi Al-Qur’an. Bentuknya pun beragam seiring dengan dinamika kehidupan yang terjadi. Bisa mengenai isu perpolitikan seperti kasus komodifikasi Surah al-Mâidah ayat 51 sebagai justifikasi penolakan pemimpin non Muslim atau isu sosial-ekonomi seperti pencatutan Surah al-Baqarah untuk menarik minat konsumen properti syariah atau isu sosial kemasyarakatan seperti takalluf (pemaksaan) ayat Surah al-Ahzâb ayat 33 sebagai isyarat terjadinya virus Covid-19 dan Surah al-Fath ayat 29 sebagai justifikasi tindakan kekerasan kepada non Muslim dan budaya Islam simbolis. Memberikan hukum atas muslim yang mengucapkan selamat natal kepada non muslim dengan dalah Surah Mariam ayat 33 dan Surah al-kâfirûn ayat 6. Status komodifikasi penafsiran tidak sepenuhnya disebut sebagai penyelewengan tafsir; tergantung dengan tingkat tinggi rendahnya dampak yang ditimbulkan. Akan tetapi yang pasti, praktik komodifikasi penafsiran ini di samping menodai misi Al-Qur’an itu sendiri, tetapi juga bisa melahirkan sikap intoleransi, ekslusif dan truth claim.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherProgram Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectPolitisasi Ayaten_US
dc.subjectKomodifikasi Ayaten_US
dc.subjectDakwahen_US
dc.titleKomodifikasi Penafsiran Al-Qur'an Berlabel Dakwah (Studi Kritis atas Politisasi Ayat Al-Qur'an Sebagai Komoditas dalam Dakwah)en_US
dc.typeTesisen_US
Appears in Collections:Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
218410856-Kamaludin.pdf
  Restricted Access
218410856-Tesis2.66 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.