Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1393
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMuhammad Ulinnuha-
dc.contributor.authorHaiva Satriana Zahrah Siregar, 17210832-
dc.date.accessioned2021-09-17T07:56:49Z-
dc.date.available2021-09-17T07:56:49Z-
dc.date.issued2021-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1393-
dc.description.abstractLiteratur kajian ilmu tafsir modern-kontemporer dewasa ini banyak menggunakan hermeneutika sebagai variabel metode pemahaman Al-Qurˋan. Hal ini terbuktikan dengan berkembangnya hermeneutika yang dipopulerkan oleh tokoh-tokoh kontemporer seperti Hassan Hanafî (l. 1935 M) dan Farid Esack (l. 1955 M). Hermeneutika yang dikembangkan kedua tokoh tersebut merupakan hermeneutika pembebasan (emansipatoris) yang dimaknai sebagai perwujudan atau aktualisasi iman dalam praksis kehidupan. Penelitian ini merupakan penelitian tokoh yang berbasis pada studi pustaka (library research). Sumber data yang penulis gunakan merupakan karya Hassan Hanafî yang berujudul Religious Dialogue and Revolution, Dirâsat Islâmiyyah, Dirâsat Falsafiyyah, Islam in the Modern World yang Qadhâyâ Mu‟âshirah dan ad-Dîn wa ats-Tsaurah. Adapun karya Farid Esack dengan judul Qurˋan, Liberation and Pluralism: An Islamic Perspective of Interreligious Solidarity Against Oppression, kemudian ditambah dengan buku-buku sekunder lainnya. Adapun analisis datanya ialah dengan metode deskripstif-komparatif dengan menggunakan teori sejarah intelektual yang dikonsepsikan oleh Kuntowijoyo. Penelitian ini menunjukkan bahwa hermeneutika Hanafî dan Esack merupakan penafsiran yang berorientasi untuk menjawab tantangan realitas sosial dan mencoba mengatasi problem yang terjadi pada masyarakat. Maka dari itu, Hassan Hanafî membangun konsep hermeneutikanya berlandaskan ushûl al-fiqh, fenomenologi, marxisme dan hermeneutika. Adapun Farid Esack merumuskan tiga elemen dasar dalam penafsiran (hermeneutical circle) dan menggunakan teori double movement Rahmân dan teori regresif-progresif Arkoun. Konsep yang ditawarkan kedua tokoh memiliki persamaan yang terletak pada motif kemunculan, model dan paradigma hermeneutika, asumsi terhadap Al-Qurˋan dan pemaknaan hermeneutika. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode dan teori serta aplikasi penafsiran. Adapun relevansi konsep hermeneutika pembebasan Hassan Hanafî dan Farid Esack dengan kajian Al-Qurˋan dapat dilihat dari teori yang digunakan yaitu teori anwendung/application (hermeneutika Gadamer) yang mengarahkan penafsir untuk melakukan reaktualisasi atau reinterpretasi terhadap teks dan berkategori hermeneutika kritis dengan nilai emansipatoris sehingga yang berusaha menjadikan masyarakat agar lebih rasional dan mampu keluar dari belenggu irrasionalitas zamannyaen_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectHassan Hanafîen_US
dc.subjectFarid Esacken_US
dc.subjecthermeneutika pembebasanen_US
dc.titleKajian Komparatif Konsep Hermeneutika Pembebasan Perspektif Hassan Hanafî (L. 1935 M) dan Farid Esack (L. 1955 M)en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
17210832.pdf
  Restricted Access
1.81 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.