Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1410
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorAhmad Syukron-
dc.contributor.authorNida Amalia, 17210869-
dc.date.accessioned2021-09-20T04:37:47Z-
dc.date.available2021-09-20T04:37:47Z-
dc.date.issued2021-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1410-
dc.description.abstractSkripsi ini menjelaskan tentang tidur dalam QS. Al-Kahf: 18, QS. Al- Furqan: 47, QS. Ar-Rum: 23, QS. Az-Zumar: 42, dan Adz-Dzariyât: 17-18 adapun pokok-pokok penafsiran yang akan dibahas adalah penafsiran para mufassir antara lain yaitu, Tantawi Jauhari, Kementerian Agama dan Quraish Shihab mengenai ayat-ayat tentang tidur. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka atau disebut dengan library research. Penelitian ini menggunakan metode Maudhu’i (deskriptif analisis komparatif) yang didalamnya membahas 1) Penafsiran tidur dalam tafsir Al- Jawahir Fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, Al-Qur’an dan Tafsirnya, dan Tafsir Al-Mishbah, 2) Persamaan dan Perbedaan Tidur dalam tafsir Al-Jawahir Fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, Al-Qur’an dan Tafsirnya, dan Tafsir Al-Mishbah, dan 3) Relevasi penafsiran Tantawi Jauhari, Kementrian Agama dan Quraish Shihab pada saat ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tantawi Jauhari, Kementrian Agama dan Quraish Shihab dalam menafsirkan QS. Al-Kahf ayat 18 bahwa Allah menjelaskan keadaan para pemuda Ashabul Kahf sewaktu tidur. Mereka tampaknya bangun, tetapi sebenarnya mereka tidur, lalu QS. Al-Furqan ayat 47 dan Ar-Rum ayat 23, mereka menafsirkan bahwa Allah menjadikan malam untuk beristirahat dan siang untuk mencari rezeki-Nya, dalam QS. Az-Zumar ayat 42 ketiga mufassir menafsirkan bahwa Allah melepaskan ruh nya dari jasadnya dan memisahkan hubungan keduanya (ruh dan jasad) ketika tidur baik secara zahir maupun batin. Dan dalam QS. Adz-Dzariyât ketiga mufassir menafsirkan bahwa Ayat ini menerangkan sifat-sifat orang yang bertakwa, yaitu sedikit sekali tidur pada waktu malam karena mengisi waktu dengan beribadah. Kemudian persamaan dari ketiga mufassir adalah bahwa Allah menjadikan malam untuk beristirahat dan siang untuk mencari rezeki namun perbedaannya mereka sedikit membahas bahwa tidur disamakan dengan kematian, karena seseorang pada waktu tidur tidak sadar sama sekali. Pada zaman sekarang cenderung relevan adalah yang menjadikan malamnya untuk beristirahat, hal ini karena memang kegiatan tidur di malam hari sudah menjadi tradisi sejak zaman dahlu. karena pada malam hari manusia cenderung tidak mempunyai aktivitas berlebih.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectTiduren_US
dc.subjectTafsir Al-Jawahiren_US
dc.subjectAl-Mishbahen_US
dc.titleTidur Perspektif Al-Qur’an (Studi Komparatif Kitab Tafsir Al-Jawâhir Fi Tafsir Al-Qur’an Al-Kârim Karya Tântawi Jaûhari, Al- Qur’an dan Tafsirnya Karya Kementrian Agama, dan Tafsir Al-Mishbah Karya Quraish Shihab)en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
17210869.pdf
  Restricted Access
899.47 kBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.