Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1423
Title: | Kontekstualisasi Kaum Nabi Terdahulu dan Relevansinya dengan Kehidupan Modern (Studi Analisis Tafsir Ayat-Ayat Kisah) |
Authors: | Ahmad Lizar Harahap, 217410700 |
Advisor: | Said Agil Husain Al-Munawwar Ade Naelul Huda |
Issue Date: | 2021 |
Publisher: | Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta |
Abstract: | Tujuan dari penelitian ini adalah: Membuat klasifikasi jejak historis kaum ‘Ad dan Tsamud dalam al-Qur’an; Menjelaskan tafsir terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang mengisahkan kaum ‘Ad dan kaum Tsamud; dan Menganalisis relevansi antara kisah kaum ‘Ad dan kaum Tsamud dalam al-Qur’an dengan realitas kehidupan manusia kontemporer. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan studi pustaka. Penelitian ini menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan sejarah dan pendekatan sosial. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan dokumentasi. Setelah itu, penulis melakukan analisis dengan menganalisis ayat-ayat naratif yang berkaitan dengan kisah kaum 'Ad dan Tsamud yang dihancurkan beserta penafsirannya. Kemudian dikaitkan dengan kesimpulan cerita dengan kehidupan nyata saat ini. Hasil penelitian ini adalah: Pertama; Nafsu untuk mengumpulkan kekayaan menciptakan keserakahan. Konsekuensi negatif dari keserakahan ini sebenarnya sangat besar. Akibat sifat rakus seseorang, banyak orang, usahanya menjadi mati. Sifat keserakahan membuat keadilan semakin sulit didapat. Kedua, Kesombongan adalah Awal Malapetaka bagi Umat Manusia. Kaum Ad dan kaum Tsamud adalah orang-orang yang bangga menerima kebenaran yang disampaikan Nabi Soleh. Sombong (takabbur) adalah perasaan di dalam hati seseorang bahwa dirinya hebat, memiliki kelebihan dibandingkan orang lain, misalnya merasa lebih dalam pada ilmu, kekayaan, keindahan atau sebagainya. Ketiga, Iri hati dan Dengki; Iri hati atau cemburu berarti berharap kesenangan orang lain akan hilang, padahal kesenangan itu tidak harus diteruskan kepada si pendengkur. Penyakit ini bermula dari ketidaksukaannya menjadi sama dengan orang lain; dia ingin tampil lebih tinggi dan lebih istimewa. Ketika orang lain mendapatkan kesenangan yang membuatnya terlihat istimewa, orang tersebut menjadi terluka, karena dia merasa ada sesuatu yang setara atau lebih tinggi darinya. Keempat, Penolakan Kebenaran. Dari penolakan Tsamud atas dakwah yang dibawa oleh Nabi Saleh AS, Allah membawa siksaan kepada mereka berupa bencana alam yang menimpa mereka. |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1423 |
Appears in Collections: | Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
217410700-Ahmad Lizar Harahap.pdf Restricted Access | 217410700-Tesis | 3.07 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
217410700-Ahmad Lizar Harahap.pdf | 2.07 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.