Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1440
Title: | Syafaat dalam Tafsir Mafatih Al-Ghaib Karya Ar-Razi |
Authors: | Salim Rusydi Cahyono, 217410778 |
Advisor: | Ahmad Syukron Edward Maofur |
Issue Date: | 2021 |
Publisher: | Pascarajana Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta |
Abstract: | Tesis ini membahas konsep syafaat menurut ar-Razi yang dituangkan dalam tafsirnya yang terkenal dengan judul at-tafsîr al-Kabîr dan Mafâtîh al-Gaib. Oleh karena itu sumber datanya yang paling utama adalah tafsir tersebut disertai rujukan pendamping berupa tafsir-tafsir lain. Sedangkan objek bahasannya secara garis besar adalah ayat-ayat yang berbicara mengenai syafaat dan bagian-bagian tertentu dalam tafsir ar-Razi yang menafsirkan ayat-ayat itu atau bagian-bagian mana pun dari tafsirnya yang membahas masalah syafaat. Dengan teknik kajian kepustakaan dan pendekatan tafsîr maudhû‘iy (tafsir tematik) ditemukan bahwa, makna asal syafaat, menurut ar-Razi, adalah permohonan yang disampaikan oleh seseorang kepada pihak lain agar memberikan sesuatu kepada orang lain lagi. Secara garis besar definisi yang diberikan oleh ar-Razi ini sejalan dengan definisi yang diberikan oleh para ulama. Perbedaannya hanya terletak pada tidak adanya pertimbangan ‘kedudukan yang lebih tinggi dan lebih rendah’ antara pemberi syafaat dan penerima syafaat. Di samping itu, juga ditemukan bahwa, menurut ar-Razi, syafaat bisa mengambil bentuk doa untuk orang lain, istigfar untuk orang lain, imbalan dari Nabi saw. atas selawat yang dipanjatkan umatnya untuk beliau, tawasul, penyelesaian masalah dengan cara soft (tidak menggunakan kekuatan seperti negoisasi, diplomasi, dan yang semisal), dan pembicaraan makhluk kepada Allah untuk kepentingan makhluk lain. Pemberi syafaat paling utama adalah Nabi Muhammad saw. Akan tetapi, ada pemberi lain yaitu nabi-nabi selain beliau, malaikat, orang mukmin, salat, Al-Qur’an, amal ibadah kaum Muslim. Penerima syafaat yang paling utama adalah pelaku dosa besar sebelum bertobat dalam rangka mengentaskannya dari siksa. Akan tetapi, syafaat dari selain nabi atau malaikat bisa juga diberikan kepada penghuni surga untuk meninggikan derajatnya. Terkait adanya ayat-ayat wa‘d (janji baik) yang mendukung syafaat dan wa‘îd (ancaman) yang menolak syafaat yang sepintas lalu saling bertentangan, ar-Razi mengajukan dua penyelesaian: Pertama, mentarjih ayat-ayat janji atas ayat-ayat ancaman dengan sejumlah alasan, antara lain, jumlah ayat janji yang jauh lebih banyak daripada ayat-ayat ancaman, adanya ayat-ayat tentang pelipatgandaan perbuatan baik menjadi 10 hingga 700 kali lipat, adanya banyak ayat yang menyatakan bahwa Allah Swt. Maha Pengampun, Maha Penyayang, memiliki ampunan, dan lain sebagainya. Kedua, memadukan kedua-duanya dengan memahami bahwa kelak para pendosa akan dimasukkan ke dalam neraka lebih dulu kemudian dimasukkan ke dalam surga untuk tinggal di sana selama-lamanya. |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1440 |
Appears in Collections: | Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
217410778-Salim Rusydi Cahyono.pdf Restricted Access | 217410778-Tesis | 5.43 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.