Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/145
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorIffaty Zamimah-
dc.contributor.authorAisyah Sulastri, 15210636-
dc.date.accessioned2019-11-08T05:50:15Z-
dc.date.available2019-11-08T05:50:15Z-
dc.date.issued2019-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/145-
dc.description.abstractPenelitian ini berangkat dari ketertarikan penulis tentang tabdzîr dan isrâf dikarenakan, di era globalisasi sekarang ini, berbagai bidang seperti ekonomi, teknologi, industri dan lain-lain telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Adanya kemajuan ini tentunya akan memudahkan masyarakat dalam melakukan sesuatu. Hampir semua lapisan masyarakat tanpa mengenal batas usia dan strata sosial telah terbawa oleh derasnya arus konsumerisme yang sedang menjajah manusia. Segala macam bentuk makanan, minuman, perhiasan, fashion, telepon seluler dan alat-alat elektronik lainya dari harga yang paling murah hingga harga yang paling mahal telah menjadi lifestyle dan trend dewasa ini. Jika tidak didasari dengan iman maka sifat ini akan terus berkembang. Apabila seseorang mengalami kemerosotan iman, maka cenderung melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Diantaranya, tabdzîr dan isrâf. Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan model penelitian kepustakaan (library research) dengan metode deskriptif analisis. Kerangka penulisan ini, penulis pertama-tama mendeskripsikan biografi penulis kitab tafsir Al-Kasysyâf, latar belakangnya dan pemikirannya. Setelah itu, penulis melakukan analisis terhadap penafsirannya terhadap ayat-ayat Tabdzîr dan isrâf dalam Al-Qur‟an meliputi: QS. Al-Isra` [17]: ayat 26-27, QS. Al-A‟raf [7]: ayat 31 dan 81, QS. Al-Isra` [17]: ayat 33, QS. Al-Furqon [25]: ayat 67, QS. Ghafir [40]: ayat 34. Adapun hasil penelitian perbedaan antara keduanya adalah tabdzîr hanya terbatas dalam membelanjakan harta secara berlebih-lebihan pada jalan kemaksiatan. Sedangkan isrâf merupakan segala bentuk perbuatan berlebih-lebihan yang melampaui batas ketentuan baik sedikit ataupun banyak, tidak terbatas hanya dalam membelanjakan harta saja dan tidak pula pada jalan kemaksiatan saja. Oleh karena itu, tabdzîr sebenarnya merupakan bagian dari isrâf. Tabdzîr tidak banyak disebutkan dalam Al-Qur`an hanya 3 kata dalam 2 ayat dalam 1 surat, sedangkan isrâf lebih banyak disebutkan dalam Al-Qur`an yaitu sebanyak 23 kali dalam 21 ayat pada 17 surat.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectTabdzîren_US
dc.subjectIsrâfen_US
dc.subjectAl-Kasysyâfen_US
dc.titleMubazir dan Israf dalam Al-Qur`an Studi Tafsir Al-Kasysyâf „an Haqâiq at-Tanzil wa „uyûn al-Aqâwil fî Wujûh at-Ta`wîlen_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
15210636.pdf
  Restricted Access
4.08 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
15210636_Publik.pdf
  Restricted Access
1.68 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.