Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1479
Title: | Analisis Kata Faqîr dan Miskîn (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu) |
Authors: | Farah Salsabila Arif, 17210823 |
Advisor: | Ali Mursyid |
Issue Date: | 2021 |
Publisher: | Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta |
Abstract: | Dalam semantik dikenal dengan istilah kata kunci. Istilah kata merupakan kata-kata yang memainkan peranan sangat penting untuk menentukan penyusunan struktur konseptual dasar pandangan dunia Al-Qur’an. Di antara istilah-istilah kosakata Al-Qur’an ialah katafaqîr dan miskîn. Dalam Al-Qur’an term faqîr disebutkan sebanyak 13 kali, sedangkan term miskîn disebutkan 25 kali dengan maksud bukan hanya kemiskinan secara material. Oleh karena itu, penulis tertarik mengkaji makna kata faqîr dan miskîn Dalam skripsi ini, penulis megungkapkan makna dan konsep kata faqîr dan miskîn di dalam Al-Qur’an menggunakan analisis semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu. Menurut Toshihiko Izutsu menyingkap pandangan dunia Al-Qur’an melalui analisis kata kunci Al-Qur’an. Langkah-langkahnya adalah meneliti makna dasar dan makna relasional kata faqîr dan miskîn menggunakan analisis sintagmatik dan paradigmatik, kemudian meneliti penggunaan kata faqîr dan miskîn periode Pra Qur’anik, Qur’anik dan Pasca Qur’anik, yang terakhir weltanschauung (world view) terhadap kata faqîr dan miskîn Penelitian ini meghasilkan kesimpulan bahwa kata faqîr memiliki makna dasar orang yang tulang punggungnya patah. Faqîr melingkupi dua makna yaitu kefakiran materi ketika berelasi dengan kata tha’am dan kefakiran di hadapan Allah ketika berelasi dengan lafaz Allah. Sedangkan miskîn bermakna dasar diamnya sesuatu tidak bergerak. Kata miskîn melingkupi dua makna, yaitu: kemiskinan materi ketika berelasi dengan kata tha’am, kiswah, kemiskinan jiwa ketika berlasi dengan kata adz-dzillah. Secara paradigmatik kata faqîr dan miskîn mempunyai sinonimitas dengan term lmlâq, As-sâil wal mahrûm, ‘aylah, al-Bâ’is, mustadh’afîn. Sedangkan anonimitasnya ghaniyyun. Kata faqîr pada masa pra Qur’anik dipahami sebagai orang yang hina. Sedangkan di masa Qur’anik faqîr miskîn dikonsepsikan sebagai keadaan orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan kehidupannya sehari-hari dan harus diberi bantuan. pasca Qur’anik kata faqîr mengalami perkembangan makna. Yaitu, kata faqîr menurut para ahli tasawuf diartikan orang yang sengaja meninggalkan harta bendanya demi mencari keridhaan Allah.Yang terakhir, Weltanschauung kata faqîr dan miskîn ialahkelompok yang lemah, tidak mempunyai ataupun kekurangan kemampuan, baik karena struktur sosial, maupun karena lemahnya jiwa (mental/iman). Bantuan pertama yang sangat penting ialah kebutuhan pangan agar mereka mampu melangsungkan kehidupan |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1479 |
Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
17210823.pdf Restricted Access | 1.71 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy | |
17210823_Publik.pdf Restricted Access | 1.16 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.