Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1489
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMamluatun Nafisah-
dc.contributor.authorLina Atifah Yusuf, 17210854-
dc.date.accessioned2021-10-26T08:57:10Z-
dc.date.available2021-10-26T08:57:10Z-
dc.date.issued2021-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1489-
dc.description.abstractSeiring perkembangan zaman, kajian mengenai Al-Qur‟an mengalami pengembangan wilayah kajian. Menurut Muhammad Mansur berpendapat bahwa Living Qur‟an bermula dari fenomena Al-Qur‟an dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kemudian Masyarakat di dalam meresepsi Al-Qur‟an mempunyai respon yang beragam baik secara eksegesis, estetis, dan fungsional. salah satu bentuk respon masyarakat terhadadap hadirnya Al-Qur‟an yaitu dengan adanya pengkajian Tafsîr Jalâlain di pondok pesantren Daarul Fatah yang diikuti oleh masyarakat dan para santri. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan penelitian lapangan (field research), metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ini tertelak di masjid pondok pesantren Daarul Fatah kampung Tegal mukti provinsi Lampung. Adapun sumber data primer pada penelitian ini yaitu, guru dalam kajian tafsir dan jamaah pengkajian yang terdiri dari masyarakat dan santri. Sementara sumber sekundernya terdiri dari dokumentasi, jurnal, buku, foto,dan video. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah observasi partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Setalah data tekumpul, penulis menganalisa dengan menggunakan teori yang digunakan Ahmad Rafiq yaitu resepsi eksegesis dan fungsional, yaitu penerimaan umat Islam terhadap Al-Qur‟an dari sisi pemaknaan, pemahaman atau penafsiran terhadap teks tersebut. Adapun hasil dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: Pertama, potret pelaksanaan, kajian kitab Tafsîr Jalâlain di kaji oleh K.H. Dawud Yusuf terlaksana dengan baik. Sementara, pemaparan penafsiran yang penulis teliti mencangkup 3 ayat dari surah Al-Baqarah, pada ayat 125, menjelaskan agar menjaga kesucian dhohir dan batin di sekitar ka‟bah. Kemudian ayat 222, menjelaskan diperbolehkan berhubungan suami istri ketika perempuan dalam keadaan suci. Kata suci yang dimasksud harus bersih dari haid. Selanjutnya ayat 232, menjelaskan syarat perempuan di perbolehkan nikah lagi yaitu harus benar-benar bersih (tidak hamil dan masa iddah selesai). Kedua, adapun respon santri dan masyarakat meliputi dua hal yaitu aspek pemahaman dan praktik,pada golongan masyarakat lebih banyak memahami ayat hukum talaq dan bersuci dan pada golongan santri lebih memahami hukum bersuci dan perkara haid. Kemudian dalam praktik dalam kehidupannya terlihat dalam segi aqidah dan segi ibadahen_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectEksegesis dan Fungsionalen_US
dc.subjectTafsîr Jalâlainen_US
dc.titleResepsi Eksegesis dan Fungsional Jamaah Pengkajian Tafsîr Jalâlain (Studi Living Qur‟an di Pesantren Daarul Fatah Kampung Tegal Mukti Lampung)en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
17210854.pdf
  Restricted Access
2 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
17210854_Publik.pdf
  Restricted Access
1.03 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.