Tinjauan Fikih Muamalah dalam Arisan Umrah (Studi Kasus Arisan Umrah Anggota Wanita-Wanita Muslimah Pangkalanbun Kalimantan Tengah)

Abstract

Tingginya animo untuk menunaikan ibadah haji mendorong umat Islam untuk berusaha semaksimal mungkin demi menunaikan ibadah haji. Namun terbatasnya kuota haji dan mahalnya biaya haji ONH plus menyebabkan sebagian umat Islam berpikir untuk mencari solusi agar tetap dapat melaksanakan ibadah di kota Mekah, salah satu caranya yakni dengan memilih ibadah umrah sebagai solusi untuk mempermudah ibadah ke kota Mekah. Arisan umrah menjadi salah satu cara yang dilakukan sebagian umat Islam untuk mendapatkan uang demi melaksanakan ibadah umrah ke Baitullah. Namun dalam prakteknya, masyarakat belum mengetahui hukum arisan umrah sehingga arisan umrah dalam tinjuan fikih muamalah menarik untuk diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme arisan umrah dalam tinjauan fikih muamalah yang diterapkan oleh AWWM. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Data yang digunakan ialah data kualitatif yang bersumber dari data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan 1 orang Ketua AWWM, 1 orang Bendahara AWWM, dan 1 orang anggota AWWM. Adapun data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, yang berasal dari buku-buku dan jurnal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; mekanisme arisan umrah yang diterapkan AWWM yakni seluruh anggota terbagi menjadi tiga kelompok dengan cara pengocokan terdiri dari 30 orang. Kelompok pertama akan diberangkatkan di tahun pertama, kemudian kelompok kedua dan ketiga diberangkatkan pada tahun selanjutnya hingga tahun ketiga, setiap bulan anggota diwajibkan membayar angsuran sebesar minimal Rp600.000 dana tersebut akan diakumulasikan setiap tahun kemudian pemenang akan memilih paket umroh yg ditawarkan oleh agen travel sesuai dengan budget mereka. Adapun tinjauan fikih muamalah terhadap arisan umrah yang diterapkan AWWM menggunakan akad wadiah dan qard yang, pelaksanaan arisan umrah masih menjadi perdebatan dalam perspektif fikih muamalah, namun penulis lebih condong kepada pendapat yang membolehkan, hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya rukun dan syarat yang telah diterapkan dalam kegiatan arisan umrah