Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1939
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | M. Haris Hakam | - |
dc.contributor.author | Almunawarah Burhanuddin, 18210918 | - |
dc.date.accessioned | 2022-10-07T03:40:14Z | - |
dc.date.available | 2022-10-07T03:40:14Z | - |
dc.date.issued | 2022 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1939 | - |
dc.description.abstract | Childfree adalah sebuah keputusan yang diambil oleh seseorang atau sepasangan suami istri untuk tidak memiliki anak. Paham ini pada awalnya muncul dan berkembang di negara barat dan kemudian tersebar ke beberapa negara termasuk Indonesia. Adanya childfree yang terlihat bertentangan dengan syari‟at agama menimbulkan pro dan kontra pada masyarakat dalam menanggapi fenomena childfree ini. Sebab Al-Qur‟ān sendiri memberikan potret bahwa adanya keberpasangan yang dianugerakan oleh Allah SWT salah satu tujuannya ialah sebagai jalan untuk menjaga keeksistensian manusia. Hal tersebut yang membuat penulis tertarik meneliti fenomena ini. Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research). Adapun sumber data utamanya ialah kitab Tafsir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, Tafsir al- Munīr dan Tafsir al-Mishbah. Adapun sumber sekundernya ialah buku-buku, jurnal dan karya ilmiah yang relevan dengan penelitian ini. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan Komparasi yang digagas oleh al-Farmawi dan Teori kontektualisasi Abdullah Saeed. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan pernikahan salahsatunya ialah dalam rangka untuk menjaga kelestarian manusia, hanya saja ketiga mufassir berbeda dalam hal penempatkan anak dalam ketiga tujuan yang disebutkan pada QS. Al-Rūm [30] ayat 21. Adapun dalam QS. Al- Nisā‟ [4] ayat 1, QS. Al-Nahl [16] ayat 72 dan QS. Al-Syūrā [42] ayat 11 yang berkaitan dengan keberpasangan maka ketiga mufassir memberikan pemaknaan yang sejalan, bahwa dari keberpasangan antara laki-laki dan perempuan yang kemudian menghasilkan keturunan adalah atas kuasa dan kehendak-Nya. Adanya syari‟at pernikahan dan adanya kedudukan anak yang dijelaskan dalam Al-Qur‟ān serta anjuran untuk memperbanyak keturunan menjadi bukti bahwa anak memiliki peran penting dalam kehidupan berkeluarga. Namun apabila kemudian muncul suatu keluarga yang memutuskan untuk childfree dengan berdasar pada alasan-alasan tertentu yang mungkin akan menyulitkan atau memberatkan sepasangan suami-istri jika memiliki anak maka keputusan tersebutpun harus tetap dihargai. Tapi adapun keputusan tersebut (Childfree) jika sudah dijadikan prinsip hidup dalam berumah tangga maka hal tersebut tidak sejalan dengan fitrah manusia. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta | en_US |
dc.subject | CHILDFREE | en_US |
dc.subject | syari‟at agama | en_US |
dc.title | “Childfree Dalam Perspektif Al-Qur’ān (Kontekstualisasi Ibnu Ᾱsyūr, Wahbah al-Zuḥailī dan Quraish Shihab) | en_US |
dc.type | Skripsi | en_US |
Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
18210918.pdf Restricted Access | 1.78 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy | |
18210918_Publik.pdf Restricted Access | 1.45 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.