Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/2467
Title: | Ibnu Arabi dan Corak Penafsirannya |
Authors: | Hilman, 200410096 |
Advisor: | M. Anwar Ibrahim Ahmad Munif Suratmaputra |
Issue Date: | 2002 |
Publisher: | Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta |
Abstract: | Setelah tasawuf berafiliasi dengan Gerakan filsafat, bentuk fenomena baru muncul dengan amalan ajaran sufi yang terbagi kepada dua orientasi. Pertama, orientasi teoritis (ittijah an-nadhari) yang didasarkan atas kegiatan takasyuf, asketisme (zuhud) dan menghanyutkan diri secara berlebihan. Sebagian kelompok sufi tersebut pada perkembangan selanjutnya juga merasa berhak menginterpretasikan pesan-pesan moral dalam al-Qur’an karena kedekatannya dengan Allah. Pengkajian mereka terhadap al-Qur’an dan uraian-uraian mereka berciri tasawuf. Dalam hal ini jelas pengaruh tasawuf teoritis yang didasarkan atas pemikiran-pemikiran ilmiah para tokoh sufi untuk kemudian dikorelasikan dengan justifikasi dari al-Qur’an. Fenomena tersebut menimbulkan kelas baru dalam sejarah mainstrem tafsir, yang pada tingkat tertentu di tolak oleh kalangan ulama tafsir. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah (historical approach), dan pada tahap pengumpulan data ditempuh dengan studi kepustakaan (library research) dengan membaca karya-karya Ibn Arabi dan buku-buku lain yang mengupas tentang pemikirannya.untuk menganalisis data digunakan analisis isi yaitu dengan menganalisa makna yang terkandung dalam keseluruhan pemikiran Ibn Arabi. Selain itu karena tulisan ini mengungkap tentang tafsir maka digunakan pula pendekatan-pendekatan tafsir. Kematangan Ibn Arabi yang dibentuk dengan cara socially constructed dimana kondisi dan lingkungan intrelektual keagamaan di afrika utara mendorong sublimasi pemikiran Ibn Arabi pada tingkat awal kea rah pembentukan dan penemuan paradigmanya sendiri. Kondisi tersebut ditambah dengan pengembaraan intelektual ke daerah-daerah lain untuk memenuhi rongga kehausan akademiknya membuatnya maestro di bidangnya. Gagasannya dibangun atas landasan metodologi filsafat yang dikompromikan dengan doktrin-doktrin metafisis membuatnya menjadi seorang intelektual sufi yang tak tertandingi. Berdasarkan data dan analisis yang dilakukan terhadapnya, studi ini menyimpulkan bahwa konsernnya dalam bidang tafsir sangat dipengaruhi oleh doktrin wahdat al-wujud. Dalam rangka itu pula ia kerap memaksakan kaidah Bahasa dan nahwu dalam memposisikan tasybih dan tanzih Allah. Kuatnya tradisi kalam dan fiqh sunny menyebabkan banyak penggalan dalam kehidupannya menjadi suram, tetapi Ibn Arabi adalah tokoh yang mampu menyelesaikan persimpangan jalan tasawuf dan filsafat. Di atas kedua jalan itulah ia memposisikan diri sebagai mufassir yang tidak saja menggunakan makna dzahir tetapi juga makna batin sebuah ayat. Dalam banyak penafsirannya, ia selalu mengakomodasikan faham tasawuf falsafinya sehingga dinilai oleh banyak ulama sebagai penafsiran yang menyimpang dari syari’at. Tetapi satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa kedalamannya berfikir serta peleburannya dalam ruh ilahi membuatnya berjalan sendirian ke depan, yang hanya bisa diikuti oleh kalangan yang menganut tasawuf falsafi. Karena itulah dia sekaligus dianggap sebagai syaikh mufassir sufi isyari, sufi an-nadzhary dan juga dzhahir. Dengan basic intelektualnya ia mampu berada pada tiga posisi sekaligus. Dimana pada satu titik ia berada pada model penafsiran yang sangat ekstrim (tafsir sufi al-nadhary) yang mendasarkan penafsirannya pada kematangan postulat-postulat filsafat dan ilmiah untuk kemudian melegitimasi dengan al-Qur’an, dengan mengakui bahwa penafsiran model inilah yang paling dikehendaki oleh Allah. Tapi pada titik lain ia bisa berada pada posisi yang sangat tradisional, dimana mendasarkan penafsirannya pada dzhahir ayat. Dan ia berusaha untuk berada diantara dua titik kulminasi dengan berupaya memadukan dua epistemologi dengan penafsiran isyari yang mendasarkan penafsiran pada riyadhah ruhaniyah dan tidak menafikan dzahir ayat, dan Ibn Arabi menamakannya dengan al-Tatbiq. |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/2467 |
Appears in Collections: | Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
200410096-Hilman.pdf Restricted Access | 200410096-Tesis | 13.45 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.