Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/2477
Title: Takdir dan Ikhtiyar dalam Al-Qur’an Menurut Ibn Qayyim Al-Jauziyyah
Authors: Suhilman, 200410111
Advisor: Zainun Kamaluddin
HD. Hidayat
Issue Date: 2003
Publisher: Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Abstract: Pemikiran Ibn Qayyim merupakan wujud ketidakpuasannya terhadap pola piker umat islam pada masanya, dimana pergolakan pemikiran sedang perkembang, khususnya persoalan takdir dan ikhtiyar merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan, bahkan sudah sampai pada tingkat yang sangat darurat. Iman kepada takdir dan ikhtiyar merupakan hakekat keimanan yang harus diyakini, karenanya merupakan salah satu rukun iman yang enam dan penting bagi keberlanjutan wujud iman, islam dan ihsan seseorang. Hal itu merupakan disiplin tauhid sekaligus sebagai pondasi agama yang jelas. Ibn Qayyim, tokoh salafiyyah yang mumpuni sesudah Ibn Taimiyah, menjawab persoalan takdir dan ikhtiyar melalui pemikiran yang lahir dari landasan pemikirannya yang memadukan wahyu dan akal yang bertujuan sebagai respon, terutama terhadap sikap setengah golongan yang menyatakan bahwa Tuhan berkuasa terhadap takdir manusia, dan juga pendapat golongan lainnya yang menyatakan bahwa manusia berkuasa terhadap takdirnya. Menurut Ibn Qayyim manusia bukanlah bulu yang diterpa angin, sebagaimana yang diakui sebagai golongan, dan geraknya tidak seperti gerak pohon ketika diterpa angin. Tidak ada paksaan dan tekanan, karena keadilan Tuhan menutut tidak diberikannya beban kepada manusia yang melebihi ketentuan dan kemampuannya. Keadilan adalah kunci penguasa, hikmah adalah wujud dari pujian, dan tauhid mencakup puncak hikmah dan kesempurnaan nikmat. Tidak ada Tuhan selain Tuhan Allah semata, tiada sekutu baginya. Dia yang berhak menyandang kekuasaan dan mendapat pujian, dan dia maha kuasa atas segala sesuatu. Dengan iman kepada takdir dan ikhtiyar, akan tampak ciptaan dan ketetapan Tuhan. Penciptaan dan perintah itu hanya hak Tuhan semesta alam. Tuhan mencipta manusia, dan manusia diciptakan Tuhan dalam keadaan yang memungkinkan dirinya berupaya untuk berbuat. Perbuatan manusia merupakan hasil ciptaan Tuhan secara potensial. Manusia berperan bukan saja sebagai fa’il (pelaku aktif), dan juga sebagai munfa’il (pelaku pasif) yaitu melakukan sesuatu setelah mempunyai daya. Tuhan bukan saja telah menjadikan manusia pencipta perbuatannya, namun juga telah mewujudkan daya dan kemauan dalam diri manusia untuk dapat berbuat.
URI: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/2477
Appears in Collections:Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
200410111-Suhilman.pdf
  Restricted Access
200410111-Tesis11.72 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.