Warung Kejujuran Dalam Perspektif Fiqh Muamalah

Abstract

Korupsi terjadi hampir di semua negara-negara yang sedang beikcmbang termasuk Indonesia. Penyebab utamanya para penyelenggara negara (Ekse]mtif, Legislatif, dan Yudikatif) masih lebih mengutamakan menyejahterakan diri sendiri. Mereka berdalih demi kesej ahteraan umum, namun hal tersebut hanyalah suatu rancangan tindakan yang justru untuk memperkaya diri sendiri. Oleh karena korupsi merupakan perbuatan tercela yang telah merusak moral dan merugikan orang lain, Maka bangsa Indonesia perlu melakukan pembenahan atas permasalahan ini yaitu dengan cara memperbaiki moral manusia sebagai umat beriman, memperbaiki · moral sebagai suatu bangsa, meningkatkan kesadaran hukum dengan sosialisasi dan pendi<likan anti korupsi; menanamkan nilai-nilai kejujuran dan moral melalui pendidikan karakter keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat, baik pendidikan formal maupun informal. Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa point masalah yang merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya, diaataranya mengenai: Bagaimana konsep ijab qabul menurut fikih Islam?, Bagaimana sistem jual beli pada warung kejujuran pada Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences di Desa Pisangan barat, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang?, dan Apakah praktek warung kejujuran ini 􀁖esuai dengan perspektif fikih muamalah?. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan penelitian gabungan (kuantitatif dan kualitatif), sehingga data yang diperlukan dalam penelitian 1m dikumpulkan dengan tehnik observasi (survey) dan wawancara (interview), setelah data terkumpui kemudian diolah dengan tehnik organizing, editing kemudian dianalisis dengan tehnik deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan logika induktif untuk memperoleh kesimpulan yang khusus dan dianalisis menurut hukum Islam. Sejalan dengan perumusan masalah tersebut dalam penelitian ini mempuyai beberapa tujuan yang tentunya ada korelasinya dengan masaiah-masalah tersebut yaitu untuk mengetahui konsep ijab qabul menurut fikih Islam bahwa transaksi jual beli dapat berlangsung dengan segala ucapan yang menunjukkan adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli, tidak ada ucapan tertentu yang hams diucapkan dalam transaksi tersebut, sehingga ucapan apa saja dianggap sah apabila telah di sepakati oleh kedua belah pihak, untuk mengetahui sistem jual beli warung kejujuran pada Darus­Sunnah yang pada prinsipnya sama dengan jual beli mu' athah yaitu seperti jual beli di swalayan dimana ijab qabul tidak diucapkan baik penjual maupun pembeli, namun yang membedakan adalah di warung kejujuran pada Darus-sunnah ini penjual tidak: ada di tempat sehingga pembeli dengan bebas mengam􀁜il barang yang diperlukan dan menaruh atau mengambil uang kembalian sendiri, dan juga untuk mengetahui praktek jual beli pada warung kejujuran pada Darus-Sunnah tersebut sesuai dengan perspektif fikih muamalah apa tidak, karena telah menjadi suatu kebiasaaan dan sudah disepakati bersama antara pihak pengelola warung kejujuran (penjual) dengan mahasantri Darus-Sunnah (pembeli). Hasil dari penelitian pada warung kejujuran pada Darus-Sunnah dapat diambil suatu kesimpulan bahwa segala kegiatan yang berkenaan dengan warung kejujuran baik dari segi konsep ijab · dan qabulnya, sistem jual belinya maupun praktek dalam transaksi jual beli tersebut tidak sesuai dengan syari 'at Islam dalam bermuamalah. Karena tidak terpenuhinya salah satun rukun jual beli yaitu tidak adanya ijab qabul dan tidak adanya penjual.