Studi Komparatif Tentang Pendidikan Pranatal Menurut Islam Dan Orientalis

Abstract

Pendidikan anak dalam kandungan merupakan hal yang sangat urgen diketahui, dipahami dan diamalkan oleh setiap orangtua, terutama pasangan­pasangan muda yang masih subur dan pengantin baru yang sudah resmi dan direstui untuk memasuki siklus baru dari kehidupannya, yaitu : "Kehidupan bersuami istri, berumah tangga dan berketurunan serta bertanggung jawab atas kesejahteraan diri , rumah tangga, dan pendidikan keturunannya". 1 Urgensi tersebut jelas sekali karena setiap manusia, setelah menikah mendambakan keturunan yang baik lagi berguna bagi manusia dan kemanusiaan. Orang yang berkewajiban mendidik anak dalam kandungan hanyalah orang tuanya, yakni ayah dan ibu yang melahirkan, karena anak di dalam kandungan belum dapat dididik kecuali oleh orang tuanya sendiri, orang lain tidak mungkin melakukan kecuali sekedar memberi petunjuk, bimbingan dan yang semacamya. Upaya pendidikan secara formal ( di lapangan atau di sekolah) dan non formal sama sekali belum terlakukan.2 Dahulu para ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan anak secara aktif telah dimulai sejak ia berumur 7 (tujuh) tahun. Kemudian, berkembang pendapat baru bahwa pendidikan anak dimulai setelah ia berumur 4 ( empat) tahun yaitu pendidikan taman kanak-kanak. Pendidikan secara aktif menurut ajaran Islam, harus dimulai sejak masa diketahui bahwa anak sudah ada di dalam kandungan istri (pranatal). Dengan kata lain pendidikan anak secara aktif sudah harus dimulai sejak masa ia di dalam kandungan dengan cara atau tekhnik pendidikan yang Islami.