Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3109
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | Ruaedah | - |
dc.contributor.author | Nadifatul Ainiyah, 18211022 | - |
dc.date.accessioned | 2023-06-21T04:07:29Z | - |
dc.date.available | 2023-06-21T04:07:29Z | - |
dc.date.issued | 2022 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3109 | - |
dc.description.abstract | Pernikahan merupakan salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, agar terhindar dari perbuatan yang dilarang agama. Memiliki anak merupakan salah satu tujuan dari pernikahan. Namun seiring berjalannya waktu, memiliki keturunan tidak lagi menjadi tujuan dalam pernikahan. Keputusan untuk tidak memiliki anak atau childfree dianggap sesuatu yang tidak wajar, keluar dari nilai-nilai yang dianut masyarakat, sehingga banyak menuai pro dan kontra. Penelitian ini akan mendeskripsikan tentang respon Al-Qur’an terhadap childfree melalui penafsiran Buya Hamka dan Muhammad Quraish Shihab terhadap ayat-ayat pernikahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research). Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi melalui pengumpulan data primer maupun skunder dan mencari pemecahan permasalahan penelitian dari beberapa buku-buku, skripsi, dan jurnal-jurnal terkait. Teknik analisis data penelitian menggunakan content analysis. Adapun hasil penelitian ini,yaitu: secara garis besar menjelaskan tentang tujuan pernikahan pada QS: An-Nisa’ {4}:1, An-Nur {24}:32, An-Nahl {16}:72, Ar-Rum {30}:21, Al-Isra’ {17}:31). Kemudian, menjelaskan hasil perbandingan penafsiran Buya Hamka dan M. Quraish Shihab. Aspek persamaan, Buya Hamka dan M. Quraish Shihab adalah metode dan corak tafsir yang digunakan, yakni metode tahlili dan coraknya adabi ijtima’i, dan tafsiran ayatnya yaitu, pilihan untuk childfree dapat dikatakan sebagai pilihan yang tidak bijaksana karena Allah Swt menjamin kelangsungan hidup setiap hambanya. Dalam Islam anak dipandang sebagai anugerah yang harus disyukuri. Adapun perbedaannya pendapat dari dua mufassir adalah istilah pengungkapan penafsiran nya atau konteksnya saja, yakni Buya Hamka cenderung memakai hadis-hadis Nabi, sedangkan M. Quraish Shihab menafsirkan ayat-ayat nya secara rinci atau terkadang memakai kekhasan bahasanya. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta | en_US |
dc.subject | Childfree | en_US |
dc.subject | Pernikahan | en_US |
dc.subject | Al-Qur’an | en_US |
dc.title | Respon Al-Qur'an Terhadap Fenomena Childfree (Studi Komparatif Penafsiran Ayat-ayat Pernikahan dalam Tafsir Al-Azhar dan Al-Misbah) | en_US |
dc.type | Skripsi | en_US |
Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
18211022.pdf Restricted Access | 1.67 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.