Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3126
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | Ziyad Ulhaq | - |
dc.contributor.author | Tiara Fairy, 18211104 | - |
dc.date.accessioned | 2023-06-21T05:43:41Z | - |
dc.date.available | 2023-06-21T05:43:41Z | - |
dc.date.issued | 2022 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3126 | - |
dc.description.abstract | Dua sifat yang terdapat pada manusia ada pada dirinya. Pertama adalah sifat kebinatangan yang diekspresikan melalui keperluan biologis. Kedua adalah sifat malaikat. Dengan adanya dua sifat ini, seringkali manusia merasakan konflik batin pada dirinya. Beberapa orang rela mengakhiri hidupnya karena merasa beban hidup sangat berat. Mereka hanya fokus pada masalah yang dihadapi tanpa memikirkan jalan keluarnya. Menurut Mentri Kesehatan Indonesia terdapat 16.000 kasus bunuh diri setiap tahunnya, artinya terdapat 2,6 kasus bunuh diri per-100.000 orang. Orang yang rela bunuh diri tentu penyebab utamanya adalah depresi, ciri-ciri orang yang sedang depresi adalah, mengurangi aktifitas fisik, berpikir lamban dan suasana hati yang berubah-ubah (kacau). Menurut identifikasi masalah di atas, penulis membatasi secara khusus dalam penelitian pada analisis semantik al-Qur’an karya Toshihiko Izutsu (1914-1993) yaitu, analisis makna dasar, makna relasional, sinkronik dan diakronik, serta weltanschauung pada kata muṭmainnah dalam al-Qur’an. Ditinjau dari kajian pustaka diatas, persamaan dengan penelitian yang akan dikaji ini adalah pembahasan kata muṭmainnah, dan perbedaannya dengan penelitian ini adalah kata muṭmainnah yang akan dibahas melalui aspek bahasa yaitu dengan mengaplikasikan teori semantik Toshihiko Izutsu (1914-1993). Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif dengan kajian riset perpustakaan (library research). Menurut hasil yang diperoleh, pada periode pra-Qur’anik kata muṭmainnah bermakna keikhlasan. Pada periode Qur’anik bermakna, sakīnah (ketenangan atau ketenteraman), riḍā (rela), iqāmah (mendirikan sesuatu). Pada periode pasca Qur’anik terjadi bermakna muṭmainnah yang sedemikian rupa sehingga dapat disimpulkan sebagai weltanschauung muṭmainnah, pertama, muṭmainnah dalam konsep akhlak tasawuf yaitu tataran spiritual pertama pada jalan Allah, muṭmainnah dapat dijadikan manifestasi terwujudnya akhlak terpuji (akhlaq al-karimah). Dan muṭmainnah adalah self reminder, pengingat diri ke jalan yang lebih baik, berpegang pada hal-hal yang positif yang akan memunculkan pribadi muṭmainnah. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta | en_US |
dc.subject | Semantik | en_US |
dc.subject | Muṭmainnah | en_US |
dc.subject | Toshihiko Izutsu | en_US |
dc.title | Konsep Muṭmainnah dalam al-Qur’an (Analisis Semantik Perspektif Toshihiko Izutsu) | en_US |
dc.type | Skripsi | en_US |
Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
18211104.pdf Restricted Access | 2.15 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.