Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3381
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMamluatun Nafisah-
dc.contributor.authorHolilah Nur Fajriyah, 19211196-
dc.date.accessioned2023-11-15T09:11:37Z-
dc.date.available2023-11-15T09:11:37Z-
dc.date.issued2023-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3381-
dc.description.abstractPembahasan terkait seksualitas masih ramai dikaji dalam berbagai bidang keilmuan. Allah Swt. menciptakan manusia secara fitrah dengan berbagai kecenderungan terhadap kenikmatan duniawi, termasuk perihal seksualitas. Seiring berkembangnya modernisasi, media sosial menjadi wadah tersebarnya konten pornografi yang dengan mudah diakses oleh setiap kalangan dan menyebabkan banyak terjadinya kejahatan seksual dan penurunan moral masyarakat. Jika merujuk pada literasi penafsiran yang ada, kajian penafsiran atas QS. al-A’rāf [7]: 26 belum sepenuhnya memuat interpretasi terkait fenomena pornografi dan pornoaksi yang sedang terjadi saat ini. Berdasarkan kenyataan tersebut, tulisan ini mencoba untuk merespon dan menjelaskan pornografi dan pornoaksi dengan melakukan kajian atas QS. al-A’rāf [7]: 26 menggunakan teori penafsiran kontekstual Ma’nā-Cum-Magzā. Penelitian ini merupakan kajian kualitatif dengan kajian kepustakaan (library research). Adapun metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi yakni berupa sumber data primer dari literatur kitab tafsir maupun data sekunder yang bersumber dari jurnal dan karya ilmiah yang kemudian di analisis dengan analisa deskriptif-analisis. Sementara pendekatan yang digunakan adalah teori Hermeneutika Ma’nā-Cum-Magzā Sahiron Syamsuddin. Adapun hasil dari penelitian ini adalah: Pertama, kajian penafsiran QS.al-A’rāf [7]: 26 yang telah dijelaskan oleh mufasir klasik dan kontemporer secara umum disajikan dengan penafsiran tekstual yang memuat perintah untuk menutup aurat. Kedua, berdasarkan analisa historis, ayat ini turun sebagai respon Allah Swt. terhadap masyarakat Arab jāhiliyyah yang melakukan tawaf tanpa busana. Adapun signifikansi fenomenal dari ayat tersebut yaitu (1) perintah untuk menutup aurat, (2) dalil diperbolehkannya menggunakan perhiasan, (3) pakaian takwa sebagai sebaik-baiknya pakaian. Penjelasan tersebut kemudian mengantarkan pada signifikansi fenomenal dinamis: (1) pakaian sebagai etika dan estetika, (2) takwa sebagai pencegahan pornografi dan kejahatan seksual.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectPornografi, .en_US
dc.subjectSahiron Syamsuddinen_US
dc.subjectQS. al-A’rāf [7]: 26, Ma’nā-Cum-Magzāen_US
dc.titleKontekstualisasi Penafsiran QS. Al-A’rāf [7]: 26 terkait Fenomena Pornografi dan Pornoaksi (Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’nā-Cum-Magzā Sahiron Syamsuddin (L. 1968 M))en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
6-19211196.pdf
  Restricted Access
2.47 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.