Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3415
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMabda Dzikara-
dc.contributor.authorNeng Astri Shofiyanti, 19211247-
dc.date.accessioned2023-11-16T07:53:49Z-
dc.date.available2023-11-16T07:53:49Z-
dc.date.issued2023-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3415-
dc.description.abstractHati sempit merupakan istilah yang muncul dalam Al-Qur’an, mengacu pada kondisi batin seseorang yang mencakup kesedihan, kesulitan, kecemasan, ketakutan, dan kegelisahan dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Setiap individu pasti mengalami beban masalah yang perlu diatasi. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan kehidupan manusia yang penuh dengan berbagai tantangan. Di era kehidupan modern seperti sekarang ini, banyak orang yang merasa cemas, sedih, depresi, penuh tekanan yang menyempitkan hati, seperti tuntutan pekerjaan, hubungan sosial, faktor ekonomi, media sosial, perubahan sosial, dan lain sebagainya. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dilengkapi data primer yang dipilih penulis, dan data sekunder berupa buku, kitab tafsir, serta berbagai jurnal yang terkait dengan penelitian ini. Penelitian ini berfokus pada tema “Konsep Hati Sempit dalam Al-Qur’an” melalui studi komparatif antara Tafsir An-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy dan Tafsir fī Ẓilālil Qur’an karya Sayyid Quṭb. Alasan penulis memilih kedua tafsir ini, didasarkan pada pengaruh mereka dalam mengemban pandangan Islam kontemporer dan latar belakang kehidupan mereka yang berbeda pada zaman yang sama-sama kontemporer. Perbedaan ini dapat mempengaruhi penafsiran dan pemahaman dalam suatu penelitian yang menarik untuk dibahas. Penelitian ini juga mencakup pandangan beberapa ulama tasawuf seperti al-Ghazali, Abdul Qadir Jailani, Ibnu Arabi yang memberikan wawasan tambahan mengenai konsep hati sempit. Adapun penelitian ini terfokus pada 6 ayat yang berkaitan dengan kesempitan hati yaitu, QS. Thaha [20]: 124, QS. asy-Syu’ara [26]:13, QS. al-An’am [6]:125, QS. An-Nahl [16]: 127, QS. Al-A’raf [07]: 02, QS. Ali Imran [03]: 134. Hasil penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa “Konsep Hati Sempit” tidak hanya dipahami secara teks tetapi juga dapat dipahami secara konteks. Secara teks, hati sempit biasa disebut dengan Ḍayq aṣ-ṣadr, namun secara konteks dapat meliputi perasaan sedih, cemas, galau, takut, gelisah, dan mudah marah. Kemudian Hasbi Ash-Shiddieqy dan Sayyid Quṭb sepakat bahwa menjauh dari Allah SWT dan menolak kebenaran mengakibatkan hati sempit. Mereka mendorong penerimaan terhadap petunjuk Allah SWT, mengatasi ketakutan dan gelisah dengan kesabaran serta rendah hati. Pandangan mereka menekankan pentingnya menjaga hati dari perasaan negatif, seperti amarah, dan dendam, Sebagai bagian dari sifat takwa yang dianjurkan dalam Al-Qur’an. Ini mengajarkan arti penting memiliki hati yang lapang dan kemampuan untuk memaafkan dalam berbagai situasi, dan membawa sikap positif yang pada akhirnya akan membawa kebaikan dalam hidup.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectKonsep Hati Sempiten_US
dc.subjectTafsir An-Nuren_US
dc.subjectTafsir fī Ẓilālil Qur’anen_US
dc.titleKonsep Hati Sempit dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Tafsir An-Nur dan Tafsir fī Ẓilālil Qur’an)en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
32-19211247.pdf
  Restricted Access
1.64 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
32-19211247_Publik.pdf
  Restricted Access
1.38 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.