Kaidah Ziyadatul Huruf dan Mahzufatul Huruf pada Rasm ‘Usmani (Studi Komparatif Kitab Samirut Talibin Fir Rasm wa Dabt Al-Kitab Al-Mubin dan Jami’ Al -Bayan Fi Ma’rifati Rasm Al-Qur’an)

Abstract

Rasmul Al-Qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu Al-Qur’an yang mana di dalamnya mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasmul Al-Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm ‘Uśmani. Al-Qur’an melahirkan satu displin ilmu oleh para ulama berupa dikenal dengan ‘ulumulquran, yang cakupan bahasannya adalah ilmu tafsir, ‘ilmu qira’at, dan rasm utsmāni dan lainl-lain. Sepanjang masa kenebian hingga khalifah yang ketiga ‘Uśman Ibn Affan Al-Qur’an belum mengenal istilah kaidah tanda baca, huruf tambahan (ziyādatul huruf), huruf tambahan (mahẓufatul huruf). Permasalahan yang penulis dapatkan melalui pengkajian dan penelaahan pada ziyādatul hurufliteratur-literatur, berupa kitab-kitab, buku-buku, bahkan diskusi adanya kalimat tidak diperbolehkan bahkan haram baik memberikan apaun tanda baca baik berupa titik, menghapus (hazf), tambahan huruf (ziyādah) pada Al-Qur’an. Sehingga peneliti tertarik untuk menganalisis riwayat ataupun pendapat yang di gunakan ‘Ali Isma’īl As-Said Handāwī dan ‘Alī Muhammd Ḍabā’ dalam kitabnya terkait kaidah ziyādatul huruf, mahẓufatul huruf, pada rasm ‘uśmani. Hal ini dilakukan karena penulis melihat pentinganya mengkaji kaidah ziyādatul huruf, mahẓufatul huruf pada rasm ‘uśmani. Sebagai kitab Allah, Al-Qur’an atau mushaf mengandung sejarah penulisan yang panjang. Selain itu ‘Ali Isma’īl As-Said Handāwī dan ‘Alī Muhammd Ḍabā’ merupakan ulama rasm dan sekaligus ulama qiraat kontemporer yang mengkaji dan menyajikan rasm ‘uśmani secara luas. Penulis mencoba menjawab permasalahan yang ada melalui studi data dokumen atau literatur kepustakaan (library research), yaitu dengan mengacu pada data primer juga dengan data sekunder. Hal ini dimaksud agar mendapat informasi secara lengkap dan konprehensip untuk menemukan titik terang dari kesimpulan yang akan penulis ambil. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang status. Melalui hasil analisis yang telah peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa hal: pertama, sepakat baik ‘Ali Isma’īl As-Said Handāwī dan ‘Alī Muhammd Ḍabā’ adanya istilah atau kaidah iśbat atau ziyādatul huruf, dan kaidah maḥẓūfatul huruf, dan tanda baca (nuqtah, dabt, ḥarokat) pada rasm uśmani, namun berbeda pandangan dalam menyampaikan kalimat dan kata yang dihilangkan (ḥaẓf) atau ditulis (iśbat atau ziyādah) menurut ulam perawi rasm; kedua, di mana pada tetma-tema tertentu terdapat perbedaan jumlah perawai, dengan menyebutkan dan mengungkapkan dengan kesepakatan (ittafaqa) namun pada jumlah rawi yang disebutkan masing-masing dari kitab baik " Samīru Aṭ-Ṭālibīna Fī Ar-Rasmi Wa Ḍabṭ Al-Kitābi Al-Mubīn dan Jāmi’u Al -Bayān Fī Ma’rifati Rasm Al-Qur’ān "berbeda-beda jumlahnya dengan menyebutkan di mana ‘Ali Isma’īl As-Said Handāwī menyebutkan tiga perawi dengan (jāa ‘an syuyukh atau ittafaqa asy-syuykh) sedangkan ‘Alī Muhammd Ḍabā’ menyebutkan dua perawi (ittafaqa syaikhan); ketiga, terdapat perbedaan pendapat pada kalimat-kalimat yang sama namun berbeda hukumnya antara hazf atau ziyādah (iśbat); dan keempat perbedaan jumlah yang dikecualikan iśbat pada wazan-wazan, di mana ‘Alī Ismā’īl As-Said Handāwī menyebutkan enam wazan yang dikecualikan ḥaẓf, sedangkan ‘Alī Muhammd Ḍabā’ menyebutkan tujuh wazan, namun sepakat peletakan pada tema ḥaẓf.