Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3821
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | Rifdah Farnidah | - |
dc.contributor.author | Nazifa Salsabila, 20211454 | - |
dc.date.accessioned | 2024-10-28T05:33:48Z | - |
dc.date.available | 2024-10-28T05:33:48Z | - |
dc.date.issued | 2024 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3821 | - |
dc.description.abstract | Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan media sosial saat ini yang banyak ditemukan pekerjaan baru, salah satunya ialah beauty influencer. Banyak sekali benefit yang didapatkan dari menjadi seorang beauty influencer, hingga membuat generasi era ini tertarik menjadikannya pekerjaan. Islam menetapkan batasan dan aturan tertentu dalam berhias. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap bagaimana perbandingan penafsiran mengenai ayat-ayat tabarruj Quraish Shihab dan Wahbah Zuhaili dan relevansinya dengan beauty influencer. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penafsiran Wahbah Zuhaili dalam tafsir Al-Munīr dan M Quraish Shihab dalam tafsir AlMishbah pada ayat-ayat tabarruj, perbandingan penafsiran Wahbah Zuhaili dan penafsiran Quraish Shihab pada ayat-ayat tabarruj dan bagaimana relevansi konsep tabarruj kedua mufassir dengan fenomena beauty influencer yang berkembang saat ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang telah ada yaitu membahas ayat-ayat tabarruj. sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini fokus membahas tabarruj dan beauty influencer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan kajian library research. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif-analisis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa relevansi ayat tabarruj yang dikaji dengan konsep beauty influencer menurut Quraish Shihab adalah jika seorang wanita menggunakan makeup yang berlebihan dan dipertontonkan ke khalayak ramai dapat dikatakan sebagai tabarruj, namun ia juga menekankan bahwa pentingnya menjaga niat dalam melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili seorang beauty influencer dapat dianggap tabarruj karena, walaupun ia tetap menggunakan hijab sebagaimana mestinya, ia tetap saja menggunakan alat-alat makeup yang dapat mempercantik dirinya dan dipertontonkan kepada audience di media sosialnya. Tujuan dari profesi ini tidak hanya mendapatkan uang melalui akun sosial media mereka, tetapi juga berusaha untuk menjadi lebih terkenal di masyarakat | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta | en_US |
dc.subject | Tabarruj | en_US |
dc.subject | Beauty Influencer | en_US |
dc.subject | Al-Mishbah | en_US |
dc.subject | Al-Munīr | en_US |
dc.title | Tabarruj Dan Relevansinya Dengan Fenomena Beauty Influencer Perspektif Al-Quran (Studi Komparatif Kitab Tafsir Al-Munīr Karya Wahbah Zuhaili Dan Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya Quraish Shihab) | en_US |
dc.type | Skripsi | en_US |
Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
24-20211454.pdf Restricted Access | 3.66 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy | |
24-20211464_Publik.pdf Restricted Access | 2.17 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.