Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3824
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMujiburohman-
dc.contributor.authorAulia Bakta, 20211573-
dc.date.accessioned2024-10-28T05:44:56Z-
dc.date.available2024-10-28T05:44:56Z-
dc.date.issued2024-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3824-
dc.description.abstractSetiap penganut agama cenderung meyakini separuh agama tentang kebenaran serta meyakini kesalahan antara yang bertentangan dengan agama atau dengan kata lain bersikap fanatik terhadap ajaran agama Islam. Sikap fanatik ini seringkali ditandai dengan rendahnya pemahaman agama di kalangan masyarakat. Bentuk dari manifestasi sikap fanatik beragama seringkali dijumpai pada perilaku masyarakat, baik dari kelompok atau individu yang menolak untuk mengakui keberadaan atau keyakinan pendapat kelompok lainnya, serta bersikeras bahwa hanya ajaran mereka yang benar, sehingga mereka mudah menyalahkan penganut pendapat lain yang tidak sejalan. Sikap ini berpotensi menimbulkan tindakan ekstrem yang intoleran dan mampu memecah belah masyarakat beragama serta menciptakan konflik sosial. Berdasarkan persoalan tersebut, penelitian ini mencoba merespons dengan melakukan kajian terhadap penafsiran Nawawi al-Bantani dan Hamka terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan fanatisme beragama. Sumber data primer penelitian ini adalah kitab Tafsir Marāh Labīd karya Nawawi al-Bantani dan Tafsir al-Azhar karya Hamka, yang diintegrasikan dengan data sekunder berupa literatur yang berkaitan dengan pembahasan terkait fanatisme beragama seperti; Jurnal, buku, artikel, skripsi dan tesis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bentuk penelitian pustaka (library research) dan teknik pengumpulan data dengan metode analisis isi. Sebagai pisau analisis, penulis akan menerapkan pendekatan tematik al-Farmawi. Adapun hasil penelitian ini adalah: Pertama, Nawawi al-Bantani dan Hamka memahami ayat-ayat mengenai fanatisme beragama sebagai peringatan dari Allah untuk menghindari sikap berlebihan dan menolak mengikuti hawa nafsu dalam beragama. Tidak mempertahankan pendapat sendiri dan memandang musuh terhadap orang yang tidak sepaham. Kedua, perbedaan dari interpretasi keduanya terletak pada interpretasi Nawawi al-Bantani yang membenarkan sikap berlebihan dalam ijtihad untuk menetapkan hujjah-hujjah selama tidak melampui batas dan mengabaikan bukti-bukti yang jelas. Ketiga, relevansi penafsiran Nawawi al-Bantani dan Hamka terhadap ayat-ayat fanatisme beragama pada kondisi masyarakat sekarang ini sangat berkaitan dengan munculnya fanatisme yang semakin beragam. Sikap fanatik tidak dapat dibenarkan karena dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dan konflik. Sebaliknya, keseimbangan dan sikap moderat adalah kunci untuk memastikan harmoni dan keadilan dalam masyarakat.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectFanatisme Beragamaen_US
dc.subjectHamkaen_US
dc.subjectNawawi Al-Bantanien_US
dc.subjectTafsir Nusantaraen_US
dc.titleFanatisme Beragama Perspektif Tafsir Nusantara (Studi Analisis Tafsir Marāh Labīd Karya Nawawi al-Bantani [W. 1314 H] dan Tafsir al-Azhar Karya Hamka [W. 1401 H])en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
27-20211573.pdf
  Restricted Access
1.72 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
27-20211573_Publik.pdf
  Restricted Access
1.21 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.