Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3825
Title: | TATAYYUR dalam AL-QUR’AN (Studi Komparatif Kitab Safwah Al-Tafasir dan Al-Azhar) |
Authors: | Tri Nurcahyani Sari Tanjung, 20211521 |
Advisor: | Iffaty Zamimah |
Issue Date: | 2024 |
Publisher: | Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta |
Abstract: | Tat{ayyur berasal dari kata atthair yang berarti burung. Tat{ayyur ialah mengaitkan nasib sial dengan sesuatu yang diihat ataupun sesuatu yang diyakini akan membawa kesialan. Tat{ayyur telah menjadi bagian dari tradisi yang dapat menjerumuskan seseorang kepada perbuatan syirik (menyekutukan Allah). Semakin bertambahnya zaman kepercayaan kepada pembawa nasib sial makin bertambah, masyarakat juga mulai percaya kepada ramalan para dukun yang mengatakan bahwa penyebab kesialannya bukan dari sisi Allah. Dengan demikian tujuan penelitian ini ialah pembahasan mendalam mengenai Tat{ayyur dalam Al-Qur’an dari sudut pandang Muhammad ‘Ali Al-S{a>bu>ni dan Buya Hamka. Jenis penelitian ini adalah kepustakaan (library reseaerch) dengan kitab S{afwah Al-Tafa>sir> dan Kitab Tafsir Al-Azhar sebagai sumber primernya. Sedangkan sumber data primernya menggunakan buku-buku, jurnal, dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan Tat{ayyur. Penelitian ini menggunakan teknik dokumentatif dalam memperoleh data dengan mencari permasalahan dari catatan, buku, dan dokumen yang berbentuk tulisan lainnya. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode Muqarran Abdul Hayy al-Farmawi dengan pendekatan Antropologi dan diperkuat oleh teori Interpretatif simbolik Clifford Greertz. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tat{ayyur menurut pandangan Muhammad ‘Ali Al-S{a>bu>ni dan Buya Hamka ialah bernasib sial atau kemalangan, yang telah menjadi ketetapan dari Allah untuk hambanya bukan melainkan dari yang lain. Kemudian mengenai analisa perbandingan dalam penafsiran keduanya ialah kedua mufassir menafsirkan Tat{ayyur sebagai nasib sial, hanya berbeda dalam redaksi penyampaiannya. Dan penafsiran Buya Hamka lebih Adabi ‘Ijtimai dari Muhammad ‘Ali Al- Al-S{a>bu>ni. Ketiga ayat pada QS. Al-A’raf [7]:131, QS. An-Naml [27]:47, dan QS. Yasin [36]:18-19, penulis menemukan relevansinya yakni segala nasib yang terjadi dalam kehidupan merupakan ketetapan Allah, dan tidak ada kesialan yang terjadi karena sebab orang lain ataupun sesuatu lainnya. Dengan adanya ayat ini membuat umat muslim untuk mengingat kembali bahwa Allahlah sebaik-baiknya penentu takdir |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3825 |
Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
28-20211521.pdf Restricted Access | 1.25 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy | |
28-20211521_Publik.pdf Restricted Access | 907.52 kB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.