Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3850
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSri Tuti Rahmawati-
dc.contributor.authorAlipatullut Fiyatusyarifah, 20211355-
dc.date.accessioned2024-10-28T08:01:58Z-
dc.date.available2024-10-28T08:01:58Z-
dc.date.issued2024-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3850-
dc.description.abstractAgama Islam banyak membahas tentang cara beribadah yang baik dan benar (sesuai syariat Islam), Islam mensyariatkan kita untuk berdoa, dalam berdoa kepada Allah Swt dikenal dengan adanya wasiֿlah (perantara). Secara umum tawassul berarti mengambil sesuatu sebab yang dibenarkan syara’ untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Pada penelitian sebelumnya, penulis hanya mendapati penelitian yang membahas tawassul secara umum dalam masyarakat. Maka dari itu, penelitian ini membahas mengenai tawassul dalam Tafsir Al-Muniֿr karya Wahbah al-Zuḥailiֿ(studi analisis Q.S Al-Maֿidah [5]: 35 dan Q.S Al-Israֿ[17]: 57) Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penulis mengambil data dari karya tafsir yaitu Tafsir Al-Muniֿr karya Wahbah al-Zuḥailiֿ. Sedangkan yang terhitung sumber sekunder adalah kitab tafsir karya ulama lain, kitab-kitab hadis. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah kepustakaan (library-research). Dalam penelitian menggunakan metode analisis isi (content-analisys) dengan menggunakan pendekatan sufistik teori al-Ghazali. Hasil penelitian ini tawassul menurut Tafsir Al-Muniֿr karya Wahbah al-Zuḥailiֿ diperbolehkan dengan cara melakukan amal sholeh, dengan mendoakan orang yang masih hidup, dengan mendoakan nabi Muhammad Saw. Disamping itu, Wahbah menukil Tafsir Al-Alusi yaitu tawassul diperbolehkan tetapi tidak dijelaskan mengenai tawassul yang tidak diperbolehkan. Lalu Wahbah menjelaskan dalam karyanya yakni Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, bahwa tawassul yang dibenarkan adalah yang dilakukan dengan berdoa kepada Allah melalui perantaraan Nabi Muhammad Saw, orang-orang saleh, atau amal-amal baik yang dilakukan oleh orang tersebut. Misalnya, seseorang bisa berdoa, "Ya Allah, dengan perantaraan cintaku kepada Nabi-Mu, kabulkanlah doaku. Sementara, al-Zuḥailiֿ mengkritik bentuk tawassul yang dianggap bisa mengarah pada kemusyrikan, yaitu ketika seseorang meminta langsung kepada orang yang sudah wafat atau menganggap perantara tersebut memiliki kekuatan independen selain Allah. Dalam hal ini, al-Zuḥailiֿ menegaskan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuatan untuk mengabulkan doa, dan perantara tersebut tidak boleh dianggap sebagai pihak yang mandiri dalam memberikan manfaat atau mudaraten_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectTawassulen_US
dc.subjectTafsir Al-Muniֿren_US
dc.subjectWahbah al-Zuḥailiֿ.en_US
dc.titleTawassul Dalam Tafsir Al-Muniֿr Karya Wahbah AlZuḥailiֿ(W. 2015 M) (Studi Analisis Q.S Al-Maֿidah [5]: 35 Dan Q.S Al-Israֿ [17]: 57)en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
53-20211355_Publik.pdf
  Restricted Access
1.3 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
53-20211355.pdf
  Restricted Access
1.82 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.