Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3882
Title: | Keanekaragaman Warna Gunung Dalam QS. Fatir [35]:27 (Studi Komparatif antara Tafsir Mafātīh AlGhaīb karya Fakhruddīn Ar-Rāzī [w. 606 H] dan Tafsir Al-Jawāhir fī Tafsīr AlQur’an Al-Karīm karya Ṭanṭāwi Jauharī [w. 1385 H]) |
Authors: | Rindi Ranjaini, 20211485 |
Advisor: | Mayadah Hanawi |
Issue Date: | 2024 |
Publisher: | Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta |
Abstract: | Keanekaragaman warna gunung dalam QS. Fāṭir [35]:27 dapat memiliki makna mendalam terkait spiritualitas dan pengetahuan manusia. Al-Qur’an menyebutkan bahwa gunung memiliki keanekaragaman warna, namun hal ini menyebabkan bermacam penafsiran pada ulama terdahulu. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tentang relevansi penafsiran ulama terdahulu terhadap ilmu pengetahuan saat ini. Adapun sumber primer pada penelitian ini adalah kitab Tafsir Mafātīh Al-Ghaīb karya Fakhruddīn Ar-Rāzī dan Tafsir Al-Jawāhir fī Tafsīr Al-Qur’an Al-Karīm karya Ṭanṭāwi Jauharī. Sedangkan sumber sekunder yang berkaitan dengan pembahasan keanekaragaman warna gunung meliputi jurnal, berita, buku, artikel, skripsi, dan tesis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan penelitian kepustakaan (library research) dan teknik dokumentasi dalam pengambilan data, serta menganalisis data dengan metode deskriptif. Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian komparatif (muqaran). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Fakhruddīn Ar-Rāzī dan Ṭanṭāwi Jauharī sepakat bahwa kata " د َ د ُ ج "memiliki makna adanya garis-garis berwarna pada gunung seperti putih, merah, dan hitam, yang dianggap sebagai tanda kekuasaan dan kebijaksanaan Allah. Fakhruddīn Ar-Rāzī memberikan penafsiran secara sistematis dengan menguraikan ayat terkait warna gunung berdasarkan poin-poin persoalan, dan fokus pada persoalan ke 3 mengenai warna dibagi menjadi beberapa latifah. Pada persoalan 4, pembahasan gunung ditafsirkan oleh Fakhruddīn Ar-Rāzī secara filosofis dan komprehensif terkait penekanan gradasi warna kecuali warna hitam. Sebaliknya, Ṭanṭāwi Jauharī memberikan penafsiran yang lebih mudah dipahami, menjelaskan warnawarna gunung, serta menganalogikan warna hitam dengan burung gagak. Kedua penafsiran ini menjadi dasar para ilmuwan sehingga relevan dengan teori ilmiah modern, yang menjelaskan bahwa warna gunung yang muncul dari berbagai batuan mineral disebabkan oleh unsur logam dalam bebatuan yang mengalami oksidasi, bebatuan warna tersebut tidak hanya menambah keindahan semata akan tetapi juga memiliki beragam manfaat dalam konstruksi, pertanian, pengolahan air, dan industri lainnya. Contoh gunung dengan batuan tersebut adalah Gunung Zhangye Danxia di Tiongkok yang memiliki berbagai macam warna, Gunung Sewu di Yogyakarta dengan warna putih, dan Gunung Matterhorn di Swiss dengan warna hitam pekat. |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3882 |
Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
85-20211485.pdf Restricted Access | 2.31 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy | |
85-20211485_Publik.pdf Restricted Access | 1.38 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.