Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3884
Title: | Respon Al-Qur’an Terhadap Fenomena Roasting dalam Stand Up Comedy (Studi Komparatif Tafsir Al-Azhar dan AlMishbah) |
Authors: | Ulya Falihatuz Zahiroh, 20211593 |
Advisor: | Mamluatun Nafisah |
Issue Date: | 2024 |
Publisher: | Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta |
Abstract: | Roasting dalam stand-up comedy sering digunakan untuk memberikan kritik secara satirikal, tetapi dapat menimbulkan masalah serius jika tidak digunakan dengan tepat. Banyak komika menyalahgunakan teknik ini untuk merendahkan orang lain secara destruktif, dengan pernyataan kasar yang dapat merusak keharmonisan sosial dan menciptakan ketidaknyamanan. Selain itu, roasting seringkali mengungkapkan aib individu, memicu perdebatan, dan menimbulkan pertanyaan tentang batasan etis serta hukum. Meski roasting dapat menjadi alat kritik yang efektif, tanpa pengaturan yang tepat, ia berisiko berubah menjadi ajang pelecehan dan ujaran kebencian. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan pedoman yang jelas agar roasting tetap konstruktif dan tidak merugikan pihak lain. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan kualitatif dengan pendekatan deskriptif-komparatif, yang fokus pada fenomena roasting dalam stand-up comedy dan kaitannya dengan etika berbicara serta humor menurut Al-Qur'an. Kajian ini menggunakan Tafsir Al-Azhar oleh Hamka dan Tafsir Al-Mishbah oleh Quraish Shihab sebagai sumber utama, serta mengadopsi pendekatan komunikasi dan Teori Superioritas Humor dari Thomas Hobbes. Adapun hasil penelitian dalam skripsi ini adalah: Pertama, Hamka dan Quraish Shihab merepresentasikan nilai roasting dalam prinsip-prinsip islam yang terkandung dalam penafsiran Q.S. Al-Hujura>t [49]: 11-12 seperti larangan mengejek, merendahkan, dan mencari-cari kesalahan serta membuka aib orang lain yang berkenaan dengan adab, etika, dan keharmonisan sosial yang sesuai dengan ajaran islam. Kedua, dalam perbandingannya, penulis membaginya pada 2 aspek, yakni aspek metodologi dan konten. Dari segi metodologi, Hamka mengelompokkan ayat dalam tema dengan judul, menggunakan contoh kehidupan sehari-hari, dan pengalaman pribadi. Sementara Shihab mengelompokkan ayat tanpa judul, mengutip hadis dan pendapat ulama, serta memberikan analisis rinci. Dari segi aspek konten, keduanya menekankan adab dan moral tinggi dalam interaksi sosial, namun, Hamka fokus pada moral dan etika individu, penjelasan kosa kata umum, mengaitkan perilaku merendahkan dengan rasa superioritas. Sedangkan Shihab menjelaskan kosa kata secara rinci, menekankan konteks sosial, keharmonisan masyarakat, dan dampak sosial, serta menjelaskan ghibah sebagai ancaman terhadap integritas sosial, serta menekankan etika dan perlunya taubah. Ketiga, penulis merumuskan batasan-batasan yang jelas terhadap fenomena roasting yang ditawarkan oleh Hamka dan Quraish Shihab yang berfokus pada menghormati martabat orang lain, menjaga keharmonisan sosial, dan menghindari mencari-cari kesalahan orang lain. Batasan ini sejalan dengan ajaran Surah Al-Hujura>t ayat 11-12 dan memberikan panduan untuk menjaga interaksi sosial tetap positif dan sesuai dengan prinsip-prinsip etika Islam. Keduanya memberikan panduan etika yang relevan dalam mengatasi fenomena roasting, terutama dalam konteks humor dan interaksi sosial saat ini, yang mana tepat untuk diterapkan agar dapat menghindari perilaku yang dapat merusak hubungan sosial dan menimbulkan ketegangan |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3884 |
Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
87-20211593.pdf Restricted Access | 1.92 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy | |
87-20211593_Publik.pdf Restricted Access | 1.06 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.