Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4131
Title: | Bias Gender dalam Tafsir Marāḥ Labīd karya Nawawi Al-Bantani (W. 1314 H/1897 M) (Analisis Hegemoni Antonio Gramsci) |
Authors: | Hasna Marwa Kamilatuzzahra, 20211576 |
Advisor: | Mamluatun Nafisah |
Issue Date: | 2024 |
Publisher: | Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta |
Abstract: | Subordinasi perempuan adalah masalah yang terus terjadi dalam masyarakat, sering kali terkait dengan sistem patriarki, di mana laki-laki memegang kekuasaan dan perempuan dianggap lemah. Patriarki membawa dampak negatif seperti marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan beban ganda. Islam sebenarnya mengajarkan keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, mengangkat derajat wanita dan melindungi hakhak mereka. Namun, penafsiran terhadap Al-Qur'an sering kali bersifat diskriminatif, menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah. Penafsiran ini dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, politik, dan psikologis, bukan ajaran Islam itu sendiri. Berdasarkan masalah ini, maka penelitian ini akan mengkaji penafsiran ayat-ayat gender dalam tafsir Marāḥ Labīd karya Nawawi Al-Bantani. Sumber data primer pada penelitian ini adalah kitab Tafsir Marāḥ Labīd li Kasyfi Ma'anī al-Qur'ān al-Majīd karya Nawawi Al-Bantani yang didukung dengan data sekunder lainnya berupa literatur terkait patriarki, seperti jurnal, buku, artikel, skripsi, dan tesis. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan (library research), sehingga teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi literatur. Teknik analisisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten. Penulis menggunakan teori Hegemoni Antonio Gramsci sebagai pisau Analisa. Adapun hasil penelitian ini adalah: Pertama, penafsiran Nawawi mengenai ayat-ayat gender cenderung bias gender. Misalnya dalam menafsirkan kata nafs sebagai Adam, dan menafsirkan Hawa tercipta dari Adam. Nawawi juga menafsirkan kata hūr sebagai wanita cantik/bidadari yang artinya penafsiran ini diperuntukkan untuk audiens laki-laki semata. Begitu pulak dengan kata azwāj yang ditafsirkan sebagai istri-istri, alasan diberlakukannya dua orang saksi perempuan karena perempuan lemah akal, dan menafsirkan secara eksplisit kedudukan anak perempuan yang rendah tanpa menyebut bahwa itu merujuk pada masa Arab Jahiliyah. Kedua, pemetaan menggunakan teori Hegemoni Antonio Gramsci menunjukkan bahwa kelompok penafsiran ayat-ayat yang tergolong kategori hegemoni total (integral) yaitu: QS. Al-Nisā’ [4]: 1, QS. Āli ‘Imrān [3]: 15, QS. Al-Nisā’ [4]: 57, QS. An-Naḥl [16]: 72, QS. Al-Furqān [25]: 74, QS. Az-Zukhruf [43]: 16, dan QS. Aṭ-Ṭūr [52]: 20. Karena tingkat patriarki dan pengaruh hegemoni mufassir terhadap perempuan dalam ayat ini sangat kuat. Lalu, kelompok penafsiran ayat-ayat yang tergolong kategori hegemoni yang merosot (decadent hegemony) yaitu: QS. Al-Baqarah [2]: 282 dan QS. Āli ‘Imrān [3]: 14. Karena tingkat patriarki dan hegemoni mufassir terhadap perempuan dalam ayat ini adalah sedang, tidak sekuat yang pertama. Sedangkan, pemetaan menggunakan teori Hegemoni Antonio Gramsci menunjukkan bahwa tidak ada penafsiran ayat-ayat dalam penelitian ini yang termasuk ke dalam kategori hegemoni minimum (minimal hegemony), karena tidak ada penafsiran ayat-ayat dalam penelitian ini yang tingkat patriarki dan pengaruh hegemoni mufassirnya lemah, atau tidak kuat (rendah) terhadap kaum perempuan. Dalam penelitian ini tidak didapati penafsiran yang mensubordinat kaum perempuan dengan hegemoni yang lemah. |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4131 |
Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
168-20211576.pdf Restricted Access | 1.82 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy | |
168-20211576_Publik.pdf Restricted Access | 1.23 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.