Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4241
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | M. Ziyadul Haq | - |
dc.contributor.advisor | Ade Naelul Huda | - |
dc.contributor.author | Rummanah, 222411162 | - |
dc.date.accessioned | 2025-10-09T05:00:10Z | - |
dc.date.available | 2025-10-09T05:00:10Z | - |
dc.date.issued | 2025 | - |
dc.identifier.uri | https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4241 | - |
dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan mengkaji kisah serangga dalam Al-Qur’an yang ditafsirkan oleh Muḥammad al-Tahir Ibn ‘Ashur melalui al-Taḥrir wa al-Tanwir sebagai representasi fabel Qur’ani yang sarat nilai moral, simbolik, dan estetis. Latar belakang penelitian ini berangkat dari pandangan bahwa kisah-kisah Al-Qur’an tidak hanya memuat peristiwa historis atau hukum, tetapi juga menyajikan narasi alegoris dengan tokoh hewan yang mengandung pesan etika dan teologis. Tiga jenis serangga menjadi fokus kajian: nyamuk (QS. Al-Baqarah [2]:26), semut (QS. An-Naml [27]:18), dan laba-laba (QS. Al-‘Ankabūt [29]:41), yang dihadirkan sebagai simbol pengajaran konsep tauhid, kepemimpinan, dan kerapuhan iman. Penelitian ini berbeda dari studi Muthmainnah (2021) dalam Jurnal Al-Bayan yang hanya meneliti kisah “Ratu Semut” pada QS. An-Naml dengan pendekatan tafsir tematik. Berbeda darinya, penelitian ini menggabungkan tiga pendekatan tafsir bayānī, stilistika, dan semiotika sehingga pembahasan tidak hanya berhenti pada makna tekstual, tetapi juga mengungkap lapisan simbolik, estetis, dan nilai moral yang terkandung, serta mengaitkannya dengan konteks sosial dan spiritual kontemporer. Jenis penelitian ini adalah studi pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif dan metode analisis teks. Data primer diambil dari al-Taḥrīr wa al-Tanwīr dan diperkuat dengan literatur tafsir serta kajian akademik terkait. Analisis stilistika digunakan untuk meneliti aspek kebahasaan dan keindahan redaksi, sedangkan analisis semiotika menafsirkan simbol serangga melalui kerangka Roland Barthes dan Charles S. Peirce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangga dalam Al-Qur’an berfungsi sebagai simbol moral, kritik sosial, dan petunjuk spiritual. Ibn ‘Ashur menafsirkannya dengan memadukan keindahan bahasa, rasionalitas makna, dan relevansi pesan. Kesimpulan penelitian menegaskan bahwa kisah serangga dapat digolongkan sebagai fabel Ilahi yang menyampaikan ajaran moral secara simbolik dan tetap relevan menjawab tantangan kehidupan modern. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Program Pascasarjana IIQ Jakarta | en_US |
dc.subject | Fabel Qur’ani | en_US |
dc.subject | Serangga | en_US |
dc.subject | Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir | en_US |
dc.subject | Tafsir Bayani | en_US |
dc.title | Fabel dalam Al-Qur’an: Analisis Kisah Serangga dalam Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir Karya Ibn ‘Ashur (w. 1973 M) | en_US |
dc.type | Tesis | en_US |
Appears in Collections: | Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
222411162_Rummanah.pdf Restricted Access | 222411162_Tesis | 2.21 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
222411162_Rummanah_BAB 1&5.pdf Restricted Access | 222411162_Tesis_BAB 1&5 | 1.25 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.