Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4512| Title: | Peace of Mind dalam Pandangan Al-Quran (Studi Analisis Kitab Tafsir Hadaiq Al-Ruh Wa Al-Rayhan fi Rawabi Ulum Al-Quran Karya Muhammad Amin al-Harari (W. 1441 H)) |
| Authors: | Sitii Fathiyyah, 21211810 |
| Advisor: | Hana Natasya |
| Issue Date: | 2025 |
| Publisher: | Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta |
| Abstract: | Kehidupan modern yang penuh tekanan seringkali menimbulkan kecemasan, stres, dan kegelisahan yang mengganggu ketenangan jiwa. Islam menawarkan solusi spiritual melalui kedekatan kepada Allah Swt., sebagaimana tercantum dalam QS. Ar-Ra’d [13]: 28 bahwa hati menjadi tenteram dengan mengingat-Nya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penafsiran ayat-ayat tentang ketenangan jiwa dalam Tafsir Hada>’iq al-Ru>h wa al-Rayha>n karya Muhammad Amin al-Harari serta meninjau relevansinya dengan pemikiran tasawuf Ibn Qayyim dalam Madarij al-Sa>liki>n. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada solusi terhadap kecemasan dan overthinking, penelitian ini menekankan langkahlangkah spiritual praktis menuju ketenangan jiwa melalui pendekatan sufistik. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka, menjadikan Tafsir Hada>’iq al-Ru>h wa al-Rayha>n sebagai sumber primer dan literatur ilmiah sebagai sumber sekunder. Data dikumpulkan melalui dokumentasi, kemudian dianalisis secara deskriptif-analitis dengan pendekatan psikologi Islam dengan teori tasawuf Ibn Qayyim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Syekh Amin al-Harari menekankan empat komponen utama dalam membangun ketenangan jiwa, yaitu: saki>nah (QS. Al-Fath [48]: 4) sebagai ketenangan Ilahi yang ditanamkan Allah Swt., ke dalam hati orang beriman saat menghadapi cobaan berat. Tawakkal (QS. Āli ‘Imrān [3]: 159; QS. Al-Ṭalāq [65]: 3) dipahami sebagai ikhtiar penuh yang dibarengi dengan pasrah total kepada Allah Swt. Sabar (QS. Al-Baqarah [2]: 153) dimaknai sebagai keteguhan hati dalam menanggung ujian, sedangkan rid}a (QS. Al-Taubah [9]: 59; QS. Al-Baqarah [2]: 216) adalah sikap menerima takdir dengan lapang dada tanpa keluhan, dan syukur (QS. Ibrāhīm [14]: 7) merupakan bentuk pengakuan atas nikmat Allah melalui hati, ucapan, dan tindakan. Keseluruhan penafsiran ini sejalan dengan ajaran tasawuf Ibn Qayyim dalam Mada>rij al-Sa>liki>n, yang menekankan bahwa ketenangan jiwa merupakan buah dari perjalanan spiritual menuju ketulusan, keikhlasan, dan kepasrahan total kepada Allah Swt. |
| URI: | https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4512 |
| Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| 02-21211810.pdf Restricted Access | 2.37 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy | |
| 02-21211810_Publik.pdf Restricted Access | 1.34 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.