Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4607
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSofian Effendi-
dc.contributor.authorRihadatul Aisy Qothrun Nada Al-Farohi, 21211771-
dc.date.accessioned2025-12-04T04:09:46Z-
dc.date.available2025-12-04T04:09:46Z-
dc.date.issued2025-
dc.identifier.urihttps://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4607-
dc.description.abstractEtika dalam belajar yang berlandaskan Al-Qur'an sangat penting dalam menghadapi tantangan zaman modern saat ini. Saat ini, dalam sektor pendidikan, posisi guru dan murid dianggap setara sebagai rekan, sehingga terjadi interaksi yang setara di antara mereka. Sementara itu, dalam kisah yang terdapat pada QS. Al-Kahfi [18]: 60-82, Nabi Musa sebagai murid yang berada di bawah, sedangkan Nabi Khidir berperan sebagai guru yang berada di atas. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas etika menuntut ilmu dalam kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir serta menjelaskan hubungan antara guru dan murid yang diungkapkan dalam ayat tersebut. Jenis penelitian yang dijelaskan penulis dalam skripsi ini adalah studi pustaka (library research). Penelitian ini menggunakan metode analisis, dengan sumber data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah Tafsir al-Sya’rāwī oleh Syekh Muhammad Mutawalli al-Sya’rāwī, sedangkan untuk data sekunder, peneliti mengumpulkan informasi dari buku-buku yang berkaitan dengan topik yang diangkat. Hasil penelitian dan analisis yang ditemukan peneliti pada kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir berdasarkan Tafsir al-Sya’rāwī pada Q.S. Al-Kahfi ayat 60-82 tentang etika seorang murid terhadap guru dalam menuntut ilmu ada beberapa poin sebagai berikut: 1). Memiliki semangat dan kesungguhan dalam menuntut ilmu, 2). Bersikap sopan, tunduk, dan berprasangka baik kepada guru, 3). Kesediaan menerima kritik dan ujian dalam proses belajar, 4). Selektif dan terukur dalam bertanya kepada guru, 5). Menyadari kelemahan dan keterbatasan diri sebagai murid, 6). Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat dan hikmah, 7). Kesederhanaan dalam menuntut ilmu sebagai jalan sebagai petunjuk ilahi. Dalam proses menuntut ilmu yang harus ditanamkan dalam jiwa seorang murid adalah etika yang baik terhadap guru. Mampu menyadari posisinya menjadi murid di bawah guru, sehingga murid memiliki prasangka baik dan percaya terhadap guru. Murid ketika belajar dalam rangka meluaskan wawasannya sehingga tidak mudah untuk mengkritisi sesuatu hal yang belum diketahuien_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectEtikaen_US
dc.subjectAl-Qur’anen_US
dc.subjectTafsir Al-Sya’rāwīen_US
dc.subjectMenuntut Ilmuen_US
dc.titleEtika Menuntut Ilmu Perspektif Al-Quran (Studi Analisis Tafsir Al-Syarawi Karya Muhammad Mutawalli Al-Syarawi [w.1998 M])en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
91-21211771.pdf
  Restricted Access
1.84 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
91-21211771_Publik.pdf
  Restricted Access
1.4 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.