Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4667| Title: | Toxic Parenting dalam Film Mother Perspektif Tafsir Al-Syarawi |
| Authors: | Nadira Rizkia, 20211446 |
| Advisor: | Muhamad Hizbullah |
| Issue Date: | 2025 |
| Publisher: | Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta |
| Abstract: | Fenomena toxic parenting meningkat setiap tahunnya, toxic parenting merupakan suatu pola pengasuhan yang menyakiti anak secara fisik dan emosional. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang melarang menyakiti anak dan menekankan untuk menjaga anak dari perilaku orang tua yang merusak perkembangan anak. Namun masih sedikit penelitian yang mengeksplorasi tafsir ulama mengenai toxic parenting serta minimnya film pegasuhan sebagai edukasi yang diangkat dalam dunia perfilman. Salah satunya film Mother, mengangkat isu toxic parenting antara ibu dan anak dari kisah nyata di Jepang 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis toxic parenting dalam film Mother menurut penafsiran Al-Sya’rawi dalam Tafsīr Khawaṭir Al-Sya'rāwī Haul Al-Qur’an al-Karīm serta relevansinya dengan konteks masa kini. Penelitian ini termasuk jenis kualitatif berbentuk kepustakaan. Adapun pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi yang kemudian dianalisis dengan metode analisis semiotika oleh Roland Barthes terhadap sembilan adegan yang dipilih. Kemudian dibedah dengan ayat Al-Qur’an berdasarkan perspektif Sya’rawi dan menggunakan pendekatan toxic parents oleh Susan Forward dan psikologi Islam Zakiyah Daradjat. Hasil penelitian ini terdiri atas tiga bentuk toxic parenting. Pertama, membahas kekerasan verbal, Akiko sering membentak, menuduh dan melontarkan kata-kata buruk seperti Shuhei bau badan, mengerikan, tidak dapat bergaul. Perilaku tersebut termasuk verbal abuse dan sejalan dengan makna “al-sū’” dalam Q.S. al-Nisā’ [4]:148 dan bertentangan dengan makna “qaulan layyinan” dalam Q.S. Ṭaha [20]: 44. Kedua, Akiko mengabaikan kebutuhan fisik dan kebutuhan emosional Shuhei, termasuk tipe the indiqute parent yang bertentangan dengan makna “lā tuḍārra” dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 233. Akiko juga mengabaikan pendidikan Shuhei yang bertentangan dengan makna “lā taqtulū aulādakum” dalam Q.S. al-An’ām [6]: 151. Ketiga, Akiko memanipulasi perasaan Shuhei yang termasuk tipe the controleres. Memaksa Shuhei mengakui kebohongan, yang sejalan dengan makna “ikrāh” dalam Q.S. Nūr [24]: 33, menuduh Shuhei mencuri yang bertentangan dengan makna qisṭ dalam Q.S. al-Nisā’ [4]: 135, serta menekan dan mengancam Shuhei untuk melakukan tindakan kriminal yang selaras dengan makna “wa in jāhadāka ‘alā an tusyrik” dalam Q.S. Luqmān [31]:15. Sya’rawi, menentang ketiga bentuk toxic parenting dan mendukung pemenuhan hak anak. Adapun relevansinya pada masa kini adalah permasalahan tersebut masih terus terjadi dan solusi dalam Al-Qur’an relevan untuk diaplikasikan selama penafsirannya dikontekstualisasikan dengan perkembangan zaman. |
| URI: | https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4667 |
| Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| 149-20211446.pdf Restricted Access | 3.59 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy | |
| 149-20211446_Publik.pdf Restricted Access | 1.29 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.