Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4685
Title: Sepuluh Wasiat Nabi Musa A.S. Dalam Al-Quran (Telaah Tafsir Al-Maragi Terhadap QS. Al-An am [6]: 151-153)
Authors: Silmi Mutia Fajrin, 21211797
Advisor: Muhammad Ulinnuha
Issue Date: 2025
Publisher: Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Abstract: Penelitian ini berangkat dari pentingnya wasiat yang termaktub dalam Surah al-An‘ām ayat 151–153. Wasiat tersebut bukan hanya bernilai historis, melainkan juga memiliki relevansi universal dalam pembentukan tatanan kehidupan beragama dan bermasyarakat. Tafsir al-Marāgī dipilih sebagai objek telaah karena coraknya al-Adabī al-Ijtimā‘ī, sehingga dapat memberikan penjelasan yang mendalam terhadap pesan-pesan wasiat Nabi Mūsā serta relevansinya dalam kehidupan modern. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), dengan metode Maudu’i. Teknik yang digunakan berupa dokumentasi, sedangkan analisis data dilakukan dengan pendekatan deskriptif-analitis. Penelitian ini memiliki keterkaitan dengan kajian yang dilakukan oleh Moh. Ikbal Abd. Kasim (2021) dan Mu’alief Mahmud Faturohim (2021) yang samasama menyoroti QS. al-An‘ām ayat 151–153. Namun, fokus penelitian mereka lebih menekankan pada aspek pendidikan karakter yang dikaitkan dengan regulasi Permendikbud, sementara penelitian ini berusaha mengkaji ayat-ayat tersebut dari perspektif penafsiran al-Marāgī dalam tafsirnya. Penafsiran al-Marāgī terhadap QS. al-An‘ām [6]:151–153 menegaskan bahwa sepuluh wasiat Allah merupakan inti ajaran Islam yang mencakup dimensi akidah, ibadah, dan akhlak sosial. Dengan kerangka maqāṣid alsyarī‘ah al-Ghazālī, seluruh wasiat itu dapat dipetakan dalam lima tujuan pokok syariat: larangan syirik, menepati janji, serta perintah menempuh jalan yang lurus termasuk dalam ḥifẓ al-dīn; kewajiban berbakti kepada orang tua dalam ḥifẓ al-‘aql; larangan membunuh anak karena takut miskin dan larangan membunuh jiwa tanpa hak termasuk dalam ḥifẓ al-nafs; larangan perbuatan keji masuk pada ḥifẓ al-nasl; sedangkan larangan merampas harta anak yatim dan kewajiban menyempurnakan timbangan berada dalam ḥifẓ al-māl; serta perintah berlaku adil dalam ucapan dan kesaksian menunjang perlindungan jiwa dan hak-hak sosial. Relevansinya tampak pada pentingnya menegakkan keadilan, menjaga hak-hak individu, dan menghindari aniaya, sehingga ajaran tersebut tetap menjadi pedoman moral bagi terciptanya masyarakat yang harmonis.
URI: https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4685
Appears in Collections:Artikel IAT

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
167-21211797.pdf1.27 MBAdobe PDFView/Open
167-21211797_Publik.pdf739.19 kBAdobe PDFView/Open


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.