Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/634
Title: Standarisasi Hadis SahihMenurut Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah
Authors: Khodziqotul Fitriyah, 10210398
Advisor: Ahmad fudhaili
Issue Date: 2016
Publisher: Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta
Abstract: “Standarisasi Hadis Sahih Menurut Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah” Dasar penelitian ini yang menjadi pusat perhatian bagi penulis yakni masalah yang timbul dari tolak ukur penelitian matan (ma’ayir naqd al-matn) yang telah dikemukakan oleh ulama tidak seragam. Semisal, Muhammad al-Ghazali menyebutkan bahwa kritik matan hadis dalam pengertian operasional dalil adalah wilayah kajian ahli fiqh. Ia seolah ingin menegaskan bahwa para ahli hadis cukup bekerja dalam kajian seputar sanad hadis. Hadis bisa saja sahih secara sanad, akan tetapi setelah matan hadisnya diteliti secara mendalam oleh para fuqaha’ bisa saja berubah menjadi dhaif. Penjelasan lain, al-Khathib al-Baghdadi menjelaskan bahwa matan hadis yang maqbul (diterima sebagai hujjah) haruslah: tidak bertentangan dengan akal yang sehat; dengan hukum al-Qur’an yang telah muhkam; dengan hadis mutawatir; dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan ulama salaf; dengan dalil yang sudah pasti; dan dengan hadis ahad yang kualitas kesahihannya lebih kuat. Berbeda dari pendapat Shalahuddin al-Adlabi, ia mengemukakan bahwa pokok-pokok tolok ukur penelitian kesahihan matan ada empat macam, yakni: tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur’an; dengan hadis yang kualitasnya lebih kuat; dengan akal yang sehat, indera, dan sejarah; dan susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian. Tolok ukur tersebut masih bersifat global dan masih dimungkinkan untuk dikembangkan. Berdasarkan keterangan tersebut, penulis meneliti standarisasi hadis shahih menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah. Adapun mengenai perumusan masalah yang akan penulis ajukan mengenai pembahasan tersebut yakni; pertama, Bagaimana standarisasi hadis sahih menurut Ibn Qayyim al- Jauziyyah? Kedua, Bagaimana metode memahami yang xvi dipakai dalam penyelesaian hadis?. Untuk menjawab dari pertanyaan tersebut penulis menggunakan pendekatan historikbiografik. Sedangkan metode yang penulis gunakan yakni dengan mengunakan metode deskriptif-analisis. Hasil temuan dari penelitian ini adalah, pertama, kriteria hadis shahih menurut ulama-ulama hadis aimmah sittah lebih mendahulukan kesahihan sanadnya terlebih dahulu dari pada matanya. sedangkan standarisasi hadis sahih menurut ibn Al- Qayyim Al-Jauziyyah masih di bawah standarisasi kesahihan hadis menurut ulam-ulama hadis. kedua, pemahaman Ibn Qayyim dalam hadis ta’aruḏ, ia menyelesaikannya dengan menggunakan dua metode yakni dengan menggunakan metode Nash-Mansukh dan dengan menggunakan metode Tarjih, tanpa menggunakan metode al-Jam’u karena Ibnu Qayyim memandang bahwa setiap hadis sahih pasti mempunyai beberapa kondisi tertentu yang menyebabkan hadis itu muncul, oleh karena itu menggabungkan dua hadis tidaklah dirasa menyelesaikan permasalahan.
URI: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/634
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
10210398.pdf
  Restricted Access
1.55 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
10210398_Publik.pdf
  Restricted Access
832.54 kBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.