Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/653
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorAhmad Fudhaili-
dc.contributor.authorRapita, 11210449-
dc.date.accessioned2020-06-26T04:42:08Z-
dc.date.available2020-06-26T04:42:08Z-
dc.date.issued2015-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/653-
dc.description.abstractAnjing merupakan hewan fenomenal yang sering didiskriminasi oleh mayoritas masyarakat muslim lantaran kenajisannya. Sehingga anjing sering diperlakukan semenamena oleh masyarakat muslim. Berbeda dengan hewan lain, perlakuan semacam ini tidak berlaku. Menurut mereka, hukum keharaman ini hanya berlaku pada anjing lantaran air liur yang terkandung dalam tubuhnya. Karena itu penelitian ini penting dilakukan. Adapun masalah yang diangkat dalam skripsi ini adalah: pertama, tentang konteks kenajisan anjing. Kedua, tentang letak proporsionalitas kedudukan anjing di antara hewan lain bila dikaji melalui pendekatan hadis. Dalam penelitian ini, penulis hendak menyatakan bahwa di dalam hadis-hadis yang disabdakan oleh Rasulullah berkenaan dengan anjing, baik ulama muhadditsîn ataupun ulama muhadzdzabîn memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam menanggapi najisnya anjing. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa konteks kenajisan anjing dan proporsioanalitas kedudukan hewan tersebut di antara hewan lain melalui pendekatan hadis. Untuk itu, dalam skripsi ini penulis menjawab permasalahan yang ada dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan terhadap literatur yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, yakni dengan cara mengumpulkan sejumlah hadis yang berbicara tentang anjing di dalam kutub as-Sittah kemudian menganalisa hadis-hadis tersebut dengan memaparkan xvii penjelasannya berdasarkan kitab-kitab syarah hadis, maupun buku-buku pendukung yang relevan dengan objek penelitian. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa, secara kontekstual, hadis-hadis yang berbicara tentang kenajisan anjing menyatakan bahwa yang menjadikan anjing itu najis adalah jilatannya (air liurnya). Namun kalangan ulama madzhab memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menyikapi hal tersebut. Ulama madzhab Maliki mengatakan bahwa semua jenis anjing yang hidup adalah suci baik badannya, bulunya, maupun air liurnya Ulama mazhab Hanafi berpendapat, bahwa yang najis pada anjing itu hanyalah air liurnya saja, selain dari itu dihukumi suci. kalangan madzhab Hambali memiliki pendapat yang sama seperti mazhab Syafi’i yang menyatakan bahwa anjing itu seluruhnya najis, baik itu air liur, kotoran, keringat, dan semua yang terdapat padanya. Namun para ulama ini memiliki argumentasi masing-masing untuk menguatkan pendapat mereka. Adapun letak proporsionalitas kedudukan anjing di antara hewan lain yakni berdasarkan pada kegunaannya. Di mana tatkala ia dapat memberikan lebih banyak manfaat daripada mudharat bagi manusia maka mayoritas ulama memperkenankan memeliharanya, namun tatkala ia dipelihara hanya untuk kesenangan semata ataupun hanya sekedar berbangga diri maka mayoritas ulama mengharamkannyaen_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectAnjingen_US
dc.titleAnjing dalam Perspektif Hadisen_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
11210449.pdf
  Restricted Access
4.8 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
11210449_Publik.pdf
  Restricted Access
1.76 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.