Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/769
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSofian Effendi-
dc.contributor.authorSiti Aisyah Zuhdi, 15210697-
dc.date.accessioned2020-07-02T07:15:53Z-
dc.date.available2020-07-02T07:15:53Z-
dc.date.issued2019-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/769-
dc.description.abstractAl-Qur‟an adalah mukjizat yang ter-agung di muka bumi, rangkaian hurufnya tidak sekedar mengikat makna, namun mampu menjadi pedoman hidup yang mempesona, bacaannya bahkan begitu menggugah jiwa. Allah telah banyak memulai firmannya dengan berbagai bentuk pembuka, Dia membuka sebagian ayat-ayatnya dengan bentuk pujian, Allah SWT juga memulai firman-Nya dengan kalimat pembuka yang keluar dari "pakem" firman-Nya yang lain di luar kebiasaan yang telah disebut di atas. Dikatakan keluar dari pakem karena kalimat pembuka yang digunakan oleh Allah tidak dapat dipahami dan tetap menyisakan misteri atau tanda tanya besar, khususnya bagi para mufassir. Kalimat pembuka yang dimaksud adalah apa yang oleh para sarjana muslim disebut dengan ahroful muqâtha'ah, ahrofut tahajji atau al-fawâtih al-hijâ'iyah. Ahroful Muqâttha‟ah adalah huruf-huruf hijâ'iyah yang telah dikenal oleh manusia sebelumnya yang berada di awal beberapa surah, berfungsi sebagai pembuka surah dan merupakan salah satu wujud tantangan Allah SWT kepada manusia yang meragukan al- Qur‟an, untuk membuat semisal dengannyapun tidak akan mampu, itu sudah cukup membuktikan keaslian al-Qur‟an yang benar-benar berasal dari-Nya. Penulis mengambil Enam objek kajian kitab tafsir nusantara, yang amat terkenal dan banyak dinikmati oleh masyarakat umum, ke lima tafsir tersebut diantaranya adalah, tafsir al-Mishbah karya xvi Quraish Shihab, Tafsir Rahmat karya Oemar Bakri, Tarjuman Mustafid karya Abd Rauf as-Singkili, tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, Tafsir al-Qur‟an Karim karya Mahmud Yunus, dan yang terakhir tafsir al-Furqan karya Ahmad Hassan. Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan ahroful muqâtha'ah. Sebagian lagi berpendapat bahwa ahroful muqâttha‟ah adalah bukti dan keterangan yang nyata akan kenabian nabi Muhammad dari sisi bahwa ia mengucapkan beberapa huruf hijaiyah, padahal beliau adalah orang yang ummy. Dari lima mufassir yang telah mengurai lengkap makna-makna dibalik ahroful muqâttha‟ah, penulis lebih sepakat dengan pendapat Quraish Shihab ; sebagai sebuah tantangan kepada yang meragukan al-Qur‟an. seakanakan tantangan tersebut berbunyi, “Redaksi kitab suci ini, terdiri dari huruf-huruf semacam huruf-huruf tersebut, yang kamu semua juga mengetahuinya. Karena itu, cobalah yang semisal dengan al-Qur‟an dengan menggunakan huruf-huruf serupa. Kamu pasti tidak akan mampu, baik dari segi redaksi maupun kandungannya.” Dari segi makna dibalik huruf-huruf muqâttha‟ah penulis sangat sepakat dengan para ulama-ulama salaf dalam menafsirkan al- Qur‟an yang mana mengembalikan realitas maknanya hanya kepada Allah SWT. Dan pendapat ini masih sangat relevan sampai sekarangen_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectPenafsiranen_US
dc.subjectFawâtihussuwâren_US
dc.titlePenafsiran terhadap Fawâtihussuwâr (Analisis Mufassir Nusantara Terhadap Penafsiran Ahroful Muqâttha‟ah)en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
15210697.pdf
  Restricted Access
3.28 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
15210697_Publik.pdf
  Restricted Access
1.46 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.