Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/773
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMuhammad Ulinnuha-
dc.contributor.authorUlfa Qohariyani, 15210707-
dc.date.accessioned2020-07-02T07:30:22Z-
dc.date.available2020-07-02T07:30:22Z-
dc.date.issued2019-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/773-
dc.description.abstractFenomena kemajemukan masyarakat seringkali melahirkan masalah sosial yang kompleks, seperti masalah penistaan agama. apabila kita cermati pada kasus ini, tekanan masa mampu merubah system hukum menjadi tidak subjektif. Semakin kuat masa protes, maka semakin berat hukuman yang dilimpahkan kepada orang yang dianggap telah melakukan penistaan terhadap agama. sederhana saja, dalam menyikapi masalah yang seperti ini, masyarakat terpolarisasi kepada dua sikap, pertama, orang yang mendiamkan dalam arti baik itu bersikap acuh tak acuh atau pun dia memenag menganggap bahwa sikap diam itu lebih baik dalam menyikapi masalah tersebut. kedua, orang yang meminta masalah tersebut diselesaikan, bahkan menekankan bahwa masalah itu harus dibawa ke ranah hukum. Hal itu dikarenakan penyikapan mereka ditentukan oleh worldview (pandangan alam) yang dipakai. Contohnya orang liberal akan berbeda dalam memandang penistaan agama dengan orang yang pemikirannya tidak keluar framework Al-Qur‟an dan as-Sunnah. Tentunya sikap keduanya akan terlihat dalam memutuskan hukuman apabila terjadi suatu kasus. Akhir-akhir ini begitu marak kasus atas nama penistaan agama. ketika sebagian orang dengan mudahnya melontarkan bahwa sikap yang (demikian itu) dikatakan sebagai penistaan. Berangkat dari hal itu, penulis tergerak untuk melakukan penelitian, telaah ayat-ayat penistaan agama di dalam Al-Qur`an berdasarkan pemahaman tafsir klasik, pertengahan dan kontemporer. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan komparatif. Penulis merujuk pada data primer yaitu Tafsir Jami‟ al-Bayan „an Ta‟wil ai al-Qur`an karya Imam ath-Thabarîy, Tafsir al-Jami‟ li Ahkam Al-Qur`an karya al-Qurthubîy, dan Tafsir al-Munir karya Wahbah az-Zuhailîy, dan data sekundernya yaitu buku-buku yang berkaitan dengan penistaan agama. adapun teknik analisis data yang dilakukan adalah dedukatif-komparatif. Penelitian ini membuktikan bahwa dalam Al-Qur`an secara eksplisit memang tidak ditemukan kata penistaan, namun apabila disandingkan dengan makna penistaan agama secara umum, maka terdapat beberapa term yang masuk kepada pembahasan penistaan agama. dan hasil dari penelitian ini adalah adanya persamaan antara al-Qurthubîy dan Wahbah az-Zuhailîy dalam memaknai perilaku yang masuk kepada term penistaan agama, begitupun dengan ath-Thabarîy, hanya saja terkadang ath-Thabarîy tidak menyebutkan secara detail, namun sejauh ini penafsiran ketiganya boleh dikatakan hampir senada, hanya ada beberapa perbedaan yang tidak begitu berpengaruh kepada penelitian penulis. Dalam memaknai perilaku penistaan agama, semua contoh perilaku yang masuk kepada term penistaan agama yang dipaparkan oleh ketiga mufassir merupakan perilaku yang boleh dikatakan fatal. Oleh karenanya, demi menjaga dan menghindari dari perilaku fitnah, seyogyanya masyarakat berhati-hati dan teliti dalam menyikapi suatu kasus khususnya penistaan agama.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectPenistaan Agamaen_US
dc.subjectTafsir Klasiken_US
dc.subjectPertengahanen_US
dc.subjectKontemporeren_US
dc.titlePenistaan Agama Perspektif Al-Qur`an (Kajisan Kitab Tafsir Klasik, Pertengahan, dan Kontemporer)en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
15210707.pdf
  Restricted Access
1.38 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.