Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/85
Title: | Pendekatan Semantik Dalam Ayat-Ayat Mutasyabihat |
: | Kajian Komparatif Tafsir Al-Kasysyaf Dan Anwar Al-Tanzil |
Authors: | Syahrial Achmad |
Advisor: | Hamdani Anwar Muhammad Azizan Fitriana |
Issue Date: | 2018 |
Publisher: | Pascasarjana IIQ Jakarta |
Abstract: | Tesis dengan judul “Pendekatan semantik pada ayat-ayat mutasyᾶbihᾶt (Kajian Komparatif Tafsir Al-Kasysyᾶf dan Al-Baidhâwi).Membahas tentang landasan pemilihan salah satu ma‟na pada ayat–ayat mutasyâbihât yang dilakukan oleh kedua mufassir.Adanyaambiguitas ini disebabkan terjadinya kemiripan dalam segi balaghah-nya, i'jaz-nya atau sulitnya memilah bagianbagian manakah yang lebih utama karena ketidakjelasan dalam segi lafazhnya,samar maknanya atau dalam hal kedua-duanya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian pustaka ( library research). Penelitian ini merupakan penelitian tafsir Al-Qur‟an dengan pendekatan semantik (dilᾶlatul lafz dan ma‟na). Semantik sebagai bagian dalam ilmu kebahasaan/sastra memberikan daya tambah terhadap dimensi bahasa dan makna yang terkandung dalam Al- Qur‟an. setiap kata di dalam Al-Qur‟an memiliki makna definitif (makna dasar) dan memiliki beberapa alternatif makna lainnya. Dari hasil penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa (1) kedua mufassir baik Al-Zamakhsyari ataupun Al-Baidhâwi sepakat adanya ayat-ayat mutasyâbihât yang perlu dijelaskan. (2) dalam penggunaan dan pemilihan bahasa pada penafsiran ayat-ayat mutasyâbihât Al-Zamakhsyari menetapkan makna kata yang ada padanya dengan sandaran bahasa dan syair-syair arab klasik yang sejalan dengan akal logika yang tidak bersebrangan dengan pondasi keyakianan yang dianut olehnya, Berbeda denga Al-Baidhâwi yang bermazhab Asy‟ariyah, dalam mengemukakan dalil dan alasan, ia juga memakai dalil-dalil akal (rasional) dan naqli (nash) bersama-sama, sesudah ia mempercayai isi Al- Qur‟an dan Al-Hadits. Jadi ia tidak menganggap akal pikiran sebagai hakim atas nash-nash agama untuk menta‟wilkan dan melampaui ketentuan arti lahirnya, melainkan dianggapnya sebagai pelayan dan penguat arti zhahir nash tersebut. (3) jika dibandingkan, penafsiran yang dilakukan oleh Al-Baidhâwi terkait masalah ketuhanan, tasybih dan tajsim, keadilan tuhan, dan pelaku dosa besar lebih kuat pondasi pendekatannya secara semantik dan logika dengan juga memperhatikan pembahasan pada ayat-ayat yang masih dalam satu topik. |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/85 |
Appears in Collections: | Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
Syahrial Achmad (214410570).pdf Restricted Access | Tesis-214410570 | 2.57 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.