DSpace Repository

Kisah Pemimpin Zalim Perspektif Mufasir (Studi Komparatif Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Azhar)

Show simple item record

dc.contributor.advisor Sofian Effendi
dc.contributor.author Alfina Pasca Khaira, 15210638
dc.date.accessioned 2020-08-06T04:06:57Z
dc.date.available 2020-08-06T04:06:57Z
dc.date.issued 2020
dc.identifier.uri http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1011
dc.description.abstract Al-Qur‟an banyak menampilkan kisah-kisah umat terdahulu, salah satu kisah yang menarik di dalam Al-Qur‟an adalah kisah pemimpin zhalim. Seperti kisah raja Namrud, Fir‟aun, Penguasa Asẖâbul Kahfi, Penguasa Asẖâbul Ukhdûd, dan Abrahah. Dari kisah ini banyak sekali yang dapat kita kaji. Apalagi kisah tersebut masih sangat relevan dengan kehidupan saat ini. Maka dari itu penulis tergerak untuk melakukan penelitian dalam masalah ini. Penelitian ini memakai penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer yang bersumber dari kitab pokok kajian yakni kitab Tafsȋr Al-Munȋr dan Tafsȋr Al-Azhar. Kemudian data pendukung lainnya seperti kitab tafsir, hadis, sejarah, jurnal dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis mencoba menganalisis ayat-ayat kisah pemimpin zhalim, lalu dikomparasikan sehingga mendapatkan hasil yang jelas. Hasil dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui bahwa penafsiran Wahbah az-Zuẖailȋ (w. 1436 H) dan Hamka (w. 1401 H) memiliki perbedaan, di antaranya Wahbah mengatakan raja Namrud disebut pemimpin zhalim karena ia sombong, arogan, membiarkan rakyatnya mati kelaparan jika bersebrangan dengannya. Hamka mengatakan Namrud contoh wali thâghût. Jika ada pemimpin yang bercirikan Namrud maka dinamai pemimpin thâghût. Pada kisah Fir‟aun Wahbah mengatakan kezhaliman terbesar Fir‟aun adalah membunuh bayi laki-laki dan membunuh orangorang yang tidak bertuhankan dia. Menurut Hamka Fir‟aun contoh pemerintah yang aniaya. Penguasa Asẖâbul kahfi, mengancam para pemuda itu jika tidak mau menyembah patung mereka. Hamka mengatakan dalam kisah ini, zhalim ialah segala perbuatan yang tidak ada dasarnya yang sihat atau dari ilham dan wahyu Illahi. Zhalim juga menempuh jalan yang gelap (zhulm). Penguasa Asẖâbul ukhdûd membakar kaum mukminin yang bertuhankan Allah. Ia pemimpin yang bengis dan keras hati menurut Wahbah. Hamka menguraikan banyak gambaran kezhaliman pada kisah ini. Sedangkan pada kisah Abrahah, Wahbah mengatakan kezhaliman yang dilakukan Abrahah adalah kezhaliman atas hak hamba (kepada manusia lain). sehingga balasannya langsung terlihat di dunia. Hamka mengatakan Abrahah memiliki sifat riya‟dan ingin dipuji dihadapan penguasa di atasnya. Ia seorang pemimpin yang membangkitkan perpecahan antar golongan. Ayat-ayat pemimpin zhalim, ternyata masih sangat relevan di masa sekarang. Karena kita dapat melihat ciri-ciri pemimpin zhalim yang digambarkan dalam kedua penafsiran tersebut memiliki kesamaan dengan pemimpin zhalim sekarang, di antaranya Presiden Donald Trump, dan Narendra Modi yang telah penulis singgung dalam penelitian ini. en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta en_US
dc.subject Pemimpin Zhalim en_US
dc.subject Tafsir Al-Munȋr en_US
dc.subject Tafsir Al-Azhâr en_US
dc.title Kisah Pemimpin Zalim Perspektif Mufasir (Studi Komparatif Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Azhar) en_US
dc.type Skripsi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account